Notification

×

Iklan

Iklan


Penyelamatan Danau Maninjau Jadi Pembahasan Musrenbang Agam

Sabtu, 31 Maret 2018 | 3/31/2018 WIB Last Updated 2024-09-08T12:44:57Z
Padang Info.com - AGAM - Penyelamatan Danau Maninjau, yang dikenal dengan #SaveManinjau, menjadi pembicaraan hangat dalam Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2019 Kabupaten Agam, di Aula Bapppeda Agam, Rabu (28/3/2018).

Program tersebut dikupas habis pimpinan forum, beserta Kepala Organisasi Pemerintah Daerah (OPD) terkait, camat dan wali nagari yang terlibat dalam program tersebut.

Kepala Bappeda Kabupaten Agam, Ir. Welfizar, M.Si sebagai pimpinan Forum Musrenbang mengatakan, program #SaveManinjau dikupas habis, agar pengerjaannya di tahun 2019 menjadi terarah dan tepat sasaran, tidak ada lagi usulan-usulan yang timbul setelah Musrenbang selesai. Semuanya perlu dimatangkan dalam forum tersebut.

"Diharapkan OPD terkait dapat menjabarkan rencana kerjanya terkait Save Maninjau, begitu juga dengan camat, dan wali nagari yang ada di Kecamatan Tanjung Raya, agar semuanya bisa dievaluasi sesuai kekuatan yang ada untuk program itu," ujarnya berharap.

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Syahrial menyebutkan, #SaveManinjau akan berlanjut terus. Untuk penyelamatan Danau Maninjau, Wakil Bupati Agam H. Trinda Farhan Satria Dt. Tumangguang Putiah selaku Ketua Tim #SaveManinjau, saat ini berada di Jepang dalam rangka kerja sama penyelamatan Danau Maninjau dengan Universitas Kube.

"Mudah-mudahan dengan kehadiran Wabup di Jepang, terbentuk kerja sama Danau Kembar, antara Danau Siguragura dengan Danau Maninjau. Kalau ini terwujud, diharapkan ada transfer pengetahuan atau teknologi dari Jepang ke Agam untuk mengembalikan kondisi Danau Maninjau seperti era 90-an," ujarnya berharap.

Terkait Danau Maninjau, pihak DLH Agam sudah mengajukan proposal bantuan yang ditujukan kepada Kementerian terkait, sebab Danau Maninjau masuk prioritas penyelamatan secara nasional, tetapi sampai saat ini belum ada titik terangnya bantuan itu.

Pemerintah Provinsi Sumbar hanya menyediakan kegiatan yang sifatnya rutinitas, yaitu pemantauan kualitas air general, yang sifatnya fisik, khususnya dari DLH Provinsi Sumatera Barat, tidak ada.

Di samping itu, Syahrial mengatakan, tahun 2019 DLH Agam bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), akan membuat dua kawasan konservasi. Satu di Nagari Sungai Batang, dan satu lagi masih dicari tempat yang cocok.

"Kita juga akan membuat konservasi biota endemik, agar biota itu tidak punah dari Danau Maninjau. Kegiatan lain yang terkait dengan satgas ini adalah, melanjutkan satgas #SaveManinjau yang bekerja sama dengan nagari," ujarnya.

Selain LIPI, pihaknya juga melakukan kerja sama dengan PT. PLN, agar kegiatan yang akan dilakukan sinkron antara kegiatan pemerintah daerah dengan kegiatan yang dilaksanakan PLN.

"PLN juga sudah melakukan penghijauan, bergotong royong dengan nagari, agar ini tidak tumpang tindih, dan tepat sasaran, kegiatan kita sinkronkan dengan kegiatan PLN," ujarnya pula.

Dikatakan, pihak DLH masih melakukan kerja sama dengan nagari dan jorong. Ini butuh bantuan camat, agar kegiatan yang dilaksanakan lebih terjadwal. Terkait bencana yang terjadi di muko-muko beberapa waktu lalu, DLH sudah mengoordinasikan dengan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS), dan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat, bahwa ada saluran air yang rusak di atas perbukitan, yang mengancam keselamatan masyarakat.

"Mudah-mudahan ini cepat ditanggapi, agar masyarakat kembali nyaman menempati rumahnya masing-masing," ujarnya berharap.

Sementara itu, Camat Tanjung Raya, Handria Asmi, SSTP, M.Sc mengatakan, untuk pembahasan rencana kerja tahun 2019 tentang program Save Maninjau, ia sengaja menghadirkan seluruh wali nagari yang ada di kecamatan tersebut, yang akan menambahkan informasi terkait program itu.

Di samping #SaveManinjau, Handria Asmi menyinggung pembahasan lokasi bencana di muko-muko yang terjadi beberapa waktu lalu, di mana sampai saat ini masyarakat yang tinggal di kawasan itu resah. Kala hujan turun mereka pergi mengungsi, karena takut bencana kembali terjadi.(*)
×
Berita Terbaru Update