KOPI kini menggejala di sudut-sudut kota dan desa di Indonesia. Namun jika kita bicara masa bertahun-tahun lalu, kopi nikmat berkelas cenderung dipahami sebagai kopi impor.
Bicara negara, maka Italia pun bisa dengan mudah ditunjuk punya andil dalam perkembangan kopi dunia. Ini terlebih lagi jika kita bicara espresso, macchiato, caffe latte, dan seterusnya.
Namun faktanya, biji kopi yang digunakan dalam segala jenis penyajian itu justru salah satunya datang dari Indonesia.
"Robusta yang tumbuh di Jawa punya kualitas bagus," kata pakar kopi dari Italia, Giuseppe Trovato, saat bicara mengenai bahan racikan kopi yang digunakan barista Italia.
Italia sendiri punya andil akan kemahiran penyajian tadi. Di sisi lain, negara tersebut tidak memiliki perkebunan kopi.
Sampai catatan terakhir tahun 2015, Italia menerima ekspor kopi Indonesia sebesar 43.048 ton, dari total ekspor 499.612,7 ton kopi Indonesia ke seluruh dunia pada tahun tersebut.
Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik itu juga menunjukkan bahwa yang terbesar ditujukan ke Amerika Serikat, sebesar 65.481,3 ton.
Ironisnya, masyarakat Indonesianya sendiri pada masa bertahun-tahun lalu belum tentu sadar bahwa kopi Italia, Amerika Serikat, atau negara lainnya—yang lantas diimpor kembali ke Indonesia—justru datang dari negerinya, bahkan mungkin tidak jauh dari kampung halamannya sendiri.
Kopi yang umum di Indonesia—bahkan hingga saat ini—adalah kopi sachet. Kondisi semacam ini yang lalu menarik perhatian seorang penggemar kopi bernama Setya Yudha Indraswara.
Dia tergugah akan hal tersebut. Sebab, mulanya ia mengaku kesusahan untuk memperoleh kopi hasil tanam di tanah Indonesia ketika mendatangi warung kopi (warkop).
Padahal, warkop ibarat coffeeshop bagi masyarakat Indonesia. Di sisi lain, justru kopi terbaik dalam negerinya, kalaupun tersedia, punya harga yang dianggap kurang merakyat.
Sebuah ide lantas terpikirkan, bagaimana jika ia menjembatani keduanya: kopi asli Indonesia dan warkop.
"Berangkat dari kesusahan saya cari kopi 'bener' di warung, dapatnya sachet-an melulu. Saya coba taruh kopi beneran, lalu coba ditaruh di warkop," kata Setya Yudha Indraswara yang juga disapa Ulil ini.
Dari pengalaman singkat di lapangan, Ulil menangkap kalau akses mendapatkan kopi di lapangan itu terbatas. Yang kedua, harga buat mereka menjadi kendala.
"Saya ingin sebenarnya mungkin ngomporin ya supaya kopi-kopi di Indonesia ini makin gampang didapat, makin banyak tersedia di warung-warung, dan harganya juga terjangkau," kata dia.
Idenya itu berbuah Jaringan Warkop Nusantara atau JWN. Dia ingin agar melalui jaringannya ini, orang-orang Indonesia bisa mempelajari kopi-kopi negerinya sendiri.
"Orang mempelajari kopi dari bentuk masih gabah. Lalu di-roasting, atau disangrai. Bahasa Jawa-nya di-roasting," ujarnya berkelakar. Beragam kopi asal Indonesia.
Melalui jaringan ini, ia membina teman-temannya yang merupakan pengelola warkop untuk belajar setahap demi setahap, dari kopi yang baru dipetik, hingga akhirnya bisa tersaji ke konsumen.
Yang juga penting dari setiap pesannya adalah karakter kopi dari masing-masing daerah berbeda, baik itu kopi Gayo, Mandailing, Lampung, Jawa, Toraja, Bali, Flores, maupun Papua.
"Indonesia ini negara kopi, tempat kopi-kopi paling bagus, paling baik, kopi-kopi enak itu ada di sini. Kami di JWN ingin memperkenalkan kopi-kopi, 'eh ini loh, jangan sampai di tempat sendiri kita kaya kopinya, kita enggak tahu'," kata pria berkacamata ini.
Kini sejumah kedai binaannya berkembang di berbagai tempat. Salah satunya kedai Adu Manies yang terletak di daerah Pondok Indah, Jakarta Selatan.
"Ulil punya ide yang menurut saya brilian ya. Saya pun yang sudah lama main di kopi tidak pernah terpikir bikin sebuah jaringan seperti ini," ujar Ari, pemilik kedai tersebut.
Orang-orang dengan ide brilian seperti Ulil memang tanpa disangka bisa memiliki peran yang begitu masif di masyarakat. Mereka bahkan mungkin ada di sekitar kita, teman kita sendiri, atau saudara kita sendiri.
Karena itu pula, Ulil pun didaftarkan dalam kompetisi MLDSpot Content Hunt 2017, dan menjadi juara dalam kategori Inspiring People.(*)
sumber: kompas.com
Bicara negara, maka Italia pun bisa dengan mudah ditunjuk punya andil dalam perkembangan kopi dunia. Ini terlebih lagi jika kita bicara espresso, macchiato, caffe latte, dan seterusnya.
Namun faktanya, biji kopi yang digunakan dalam segala jenis penyajian itu justru salah satunya datang dari Indonesia.
"Robusta yang tumbuh di Jawa punya kualitas bagus," kata pakar kopi dari Italia, Giuseppe Trovato, saat bicara mengenai bahan racikan kopi yang digunakan barista Italia.
Italia sendiri punya andil akan kemahiran penyajian tadi. Di sisi lain, negara tersebut tidak memiliki perkebunan kopi.
Sampai catatan terakhir tahun 2015, Italia menerima ekspor kopi Indonesia sebesar 43.048 ton, dari total ekspor 499.612,7 ton kopi Indonesia ke seluruh dunia pada tahun tersebut.
Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik itu juga menunjukkan bahwa yang terbesar ditujukan ke Amerika Serikat, sebesar 65.481,3 ton.
Ironisnya, masyarakat Indonesianya sendiri pada masa bertahun-tahun lalu belum tentu sadar bahwa kopi Italia, Amerika Serikat, atau negara lainnya—yang lantas diimpor kembali ke Indonesia—justru datang dari negerinya, bahkan mungkin tidak jauh dari kampung halamannya sendiri.
Kopi yang umum di Indonesia—bahkan hingga saat ini—adalah kopi sachet. Kondisi semacam ini yang lalu menarik perhatian seorang penggemar kopi bernama Setya Yudha Indraswara.
Dia tergugah akan hal tersebut. Sebab, mulanya ia mengaku kesusahan untuk memperoleh kopi hasil tanam di tanah Indonesia ketika mendatangi warung kopi (warkop).
Padahal, warkop ibarat coffeeshop bagi masyarakat Indonesia. Di sisi lain, justru kopi terbaik dalam negerinya, kalaupun tersedia, punya harga yang dianggap kurang merakyat.
Sebuah ide lantas terpikirkan, bagaimana jika ia menjembatani keduanya: kopi asli Indonesia dan warkop.
"Berangkat dari kesusahan saya cari kopi 'bener' di warung, dapatnya sachet-an melulu. Saya coba taruh kopi beneran, lalu coba ditaruh di warkop," kata Setya Yudha Indraswara yang juga disapa Ulil ini.
Dari pengalaman singkat di lapangan, Ulil menangkap kalau akses mendapatkan kopi di lapangan itu terbatas. Yang kedua, harga buat mereka menjadi kendala.
"Saya ingin sebenarnya mungkin ngomporin ya supaya kopi-kopi di Indonesia ini makin gampang didapat, makin banyak tersedia di warung-warung, dan harganya juga terjangkau," kata dia.
Idenya itu berbuah Jaringan Warkop Nusantara atau JWN. Dia ingin agar melalui jaringannya ini, orang-orang Indonesia bisa mempelajari kopi-kopi negerinya sendiri.
"Orang mempelajari kopi dari bentuk masih gabah. Lalu di-roasting, atau disangrai. Bahasa Jawa-nya di-roasting," ujarnya berkelakar. Beragam kopi asal Indonesia.
Melalui jaringan ini, ia membina teman-temannya yang merupakan pengelola warkop untuk belajar setahap demi setahap, dari kopi yang baru dipetik, hingga akhirnya bisa tersaji ke konsumen.
Yang juga penting dari setiap pesannya adalah karakter kopi dari masing-masing daerah berbeda, baik itu kopi Gayo, Mandailing, Lampung, Jawa, Toraja, Bali, Flores, maupun Papua.
"Indonesia ini negara kopi, tempat kopi-kopi paling bagus, paling baik, kopi-kopi enak itu ada di sini. Kami di JWN ingin memperkenalkan kopi-kopi, 'eh ini loh, jangan sampai di tempat sendiri kita kaya kopinya, kita enggak tahu'," kata pria berkacamata ini.
Kini sejumah kedai binaannya berkembang di berbagai tempat. Salah satunya kedai Adu Manies yang terletak di daerah Pondok Indah, Jakarta Selatan.
"Ulil punya ide yang menurut saya brilian ya. Saya pun yang sudah lama main di kopi tidak pernah terpikir bikin sebuah jaringan seperti ini," ujar Ari, pemilik kedai tersebut.
Orang-orang dengan ide brilian seperti Ulil memang tanpa disangka bisa memiliki peran yang begitu masif di masyarakat. Mereka bahkan mungkin ada di sekitar kita, teman kita sendiri, atau saudara kita sendiri.
Karena itu pula, Ulil pun didaftarkan dalam kompetisi MLDSpot Content Hunt 2017, dan menjadi juara dalam kategori Inspiring People.(*)
sumber: kompas.com