Padang Info.com - PADANG - Koperasi satu-satunya organisasi ekonomi berorientasi terhadap kesejahteraan anggotanya. Dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya, koperasi justru punya peluang lebih besar memberikan keuntungan terhadap masyarakat, terutama anggotanya.
Hanya saja, perhatian dan dukungan pemerintah terhadap pengembangan koperasi dinilai masih setengah hati. Hal itu terbukti dari terbatasnya dana yang dikucurkan, tidak konsistennya kebijakan serta kurang kapabalitas pejabat di instansi yang menaunginya serta rendahnya SMD pengurus.
"Semua pihak tahu koperasi itu sangat cocok untuk dikembangkan. Karena orientasinya untuk anggota, untuk kesejahteraan anggota. Tapi pemerintah tidak memberikan dukungan yang besar untuk pengembangannya," tutur Rusdi Bais, salah seorang jurnalis yang menekuni bidang perkoperasian.
Rusdi Bais menyebutkan hal itu ketika berdiskusi dengan wartawan peserta latihan koperasi di Balai Latihan dan Pendidikan Koperasi Sumbar, Sabtu (7/4/2018), di Padang. Bersama dengan pengurus dan pengawas koperasi, 30 orang wartawan mengikuti pelatihan koperasi tahap pertama yang berlangsung selama empat hari itu.
"Koperasi sekarang mengalami banyak hambatan yang membuat koperasi lambat dalam berkembang. Hambatan tersebut berasal baik dari fasilitas koperasi, anggota, masyarakat, pemerintah, lingkungan dan pengurus koperasi itu sendiri," sebutnya. Ini masalah kita, tambah Rusdi.
Diakuinya menarikan solusi dari permasalahan tersebut memang tidak mudah. Karena memerlukan keterlibatan dan dukungan dari banyak pihak.
"Saya sebagai seorang yang tertarik dengan koperasi ini, seringkali berusaha sendirian. One man show. Mengungkap koperasi yang bermasalah, mencarikan dukungan untuk koperasi yang serius, melobi sejumlah pihak atau memberikan motivasi terhadap pengurus," tutur Rusdi yang puluhan tahun menjadi wartawan.
Untuk batas-batas tertentu, tuturnya, ada hasilnya. Tetapi dampaknya belum sampai pada kesadaran bahwa koperasi itu penting dan harus dikembangkan guna peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Rusdi, dalam hal ini diperlukan dukungan dan tekad bersama. Ia melihat dukungan dari wartawan melalui pemberitaan bisa memberikan dorongan yang kuat terhadap pembuat kebijakan berkaitan dengan koperasi. Di sisi lain, juga akan memberikan motivasi pada masyarakat untuk mau menjadi anggota koperasi. Juga terhadap pengurusnya.
Baca Juga: Balatkop Sumbar Latih Wartawan dan Pengurus Koperasi
"Pelatihan yang dilaksanakan beberapa hari ini salah satu tujuannya adalah untuk itu. Memberikan pemahaman yang lebih dalam untuk kemudian mendorong agar semua pihak punya perhatian besar terhadap koperasi. Jadi, wartawan yang punya perhatian dan memberikan dukungan terhadap koperasi makin banyak. Sekarang 30 orang. Tahap kedua 30 orang lagi. Paling tidak akan ada 60 orang wartawan yang sudah punya pemahaman dan mau bersama-sama mendukung pengembangan koperasi di Sumbar ke depan," tuturnya..
Dewasa ini, jumlah koperasi di Sumbar lebih dari 4.000. Sebanyak 376 koperasi diantaranya sudah mempunyai omset lebih dari Rp2 miliar. Di daerah ini juga terdapat puluhan koperasi yang dinilai berhasil dan sudah memperoleh penghargaan.(amn)
Hanya saja, perhatian dan dukungan pemerintah terhadap pengembangan koperasi dinilai masih setengah hati. Hal itu terbukti dari terbatasnya dana yang dikucurkan, tidak konsistennya kebijakan serta kurang kapabalitas pejabat di instansi yang menaunginya serta rendahnya SMD pengurus.
"Semua pihak tahu koperasi itu sangat cocok untuk dikembangkan. Karena orientasinya untuk anggota, untuk kesejahteraan anggota. Tapi pemerintah tidak memberikan dukungan yang besar untuk pengembangannya," tutur Rusdi Bais, salah seorang jurnalis yang menekuni bidang perkoperasian.
Rusdi Bais menyebutkan hal itu ketika berdiskusi dengan wartawan peserta latihan koperasi di Balai Latihan dan Pendidikan Koperasi Sumbar, Sabtu (7/4/2018), di Padang. Bersama dengan pengurus dan pengawas koperasi, 30 orang wartawan mengikuti pelatihan koperasi tahap pertama yang berlangsung selama empat hari itu.
"Koperasi sekarang mengalami banyak hambatan yang membuat koperasi lambat dalam berkembang. Hambatan tersebut berasal baik dari fasilitas koperasi, anggota, masyarakat, pemerintah, lingkungan dan pengurus koperasi itu sendiri," sebutnya. Ini masalah kita, tambah Rusdi.
Diakuinya menarikan solusi dari permasalahan tersebut memang tidak mudah. Karena memerlukan keterlibatan dan dukungan dari banyak pihak.
"Saya sebagai seorang yang tertarik dengan koperasi ini, seringkali berusaha sendirian. One man show. Mengungkap koperasi yang bermasalah, mencarikan dukungan untuk koperasi yang serius, melobi sejumlah pihak atau memberikan motivasi terhadap pengurus," tutur Rusdi yang puluhan tahun menjadi wartawan.
Untuk batas-batas tertentu, tuturnya, ada hasilnya. Tetapi dampaknya belum sampai pada kesadaran bahwa koperasi itu penting dan harus dikembangkan guna peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Rusdi, dalam hal ini diperlukan dukungan dan tekad bersama. Ia melihat dukungan dari wartawan melalui pemberitaan bisa memberikan dorongan yang kuat terhadap pembuat kebijakan berkaitan dengan koperasi. Di sisi lain, juga akan memberikan motivasi pada masyarakat untuk mau menjadi anggota koperasi. Juga terhadap pengurusnya.
Baca Juga: Balatkop Sumbar Latih Wartawan dan Pengurus Koperasi
"Pelatihan yang dilaksanakan beberapa hari ini salah satu tujuannya adalah untuk itu. Memberikan pemahaman yang lebih dalam untuk kemudian mendorong agar semua pihak punya perhatian besar terhadap koperasi. Jadi, wartawan yang punya perhatian dan memberikan dukungan terhadap koperasi makin banyak. Sekarang 30 orang. Tahap kedua 30 orang lagi. Paling tidak akan ada 60 orang wartawan yang sudah punya pemahaman dan mau bersama-sama mendukung pengembangan koperasi di Sumbar ke depan," tuturnya..
Dewasa ini, jumlah koperasi di Sumbar lebih dari 4.000. Sebanyak 376 koperasi diantaranya sudah mempunyai omset lebih dari Rp2 miliar. Di daerah ini juga terdapat puluhan koperasi yang dinilai berhasil dan sudah memperoleh penghargaan.(amn)