Notification

×

Iklan

Iklan



Deri Asta Ajak Masyarakat Kota Sawahlunto Tolak LGBT

Sabtu, 15 Desember 2018 | 12/15/2018 WIB Last Updated 2024-09-08T07:23:04Z
SAWAHLUNTO –PadangInfo.Com-  Walikota Deri Asta  mengajak semua elemen masyarakat Kota Sawahlunto menolak keberadaan  LGBT( Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) di kota ini. Pasalnya, LGBT ini salah satu penyebabnya   penyebaran penyakit  HIV dan AIDS yang mudah menular, terutama dikalangan generasi muda

"Di Sawahlunto dari tahun 2002 hingga Desember 2018, terdapat 23 kasus HIV Aids , diantara korbannya  20 laki-laki, dan 3 perempuan.  20 Orang diantaranya sudah meninggal dan 3 masih hidup. Dan rata- rata penderita adalah orang-orang dengan pendidikan yang cukup dengan status PNS, pegawai BUMN, pedagang bahkan anak-anak" ungkap Deri Asta saat melakukan deklarasi penolakan LGBT di gedung DPRD Kota Sawahlunto, Sabtu 15/12)

Deklarasi yang disertai seminar tentang bahaya  LGBT diikuti 200 peserta dari kalangan pelajar, mahasiswa, masyarakat, termasuk anggota DPRD setempat. Selain kota Sawahlunto, deklarasi menolak LGBT ini juga telah dilakukan kota Payakumbuh dan Padang.

Deri Asta mengingatkan orang tua  agar mewaspadai gerakan anak-anak mereka yang dikhawatirkan terjerumus pada perbuatan LGBT yang tercela itu. Selain LGBT, pemko Sawahlunto  bakal membersihkan tempat-tempat yang diduga berbau maksiat dan peredaran narkoba.

“Saya minta Satpol PP untuk menertibkan kawasan yang diduga berbau maksiat dan mencegah  pelajar-pelajar yang bolos sekolah. Saya juga mengharapkan Badan Narkotika di kota ini terus melalukan sosialisasi terhadap bahaya narkoba di nagari-nagari,” ujar Deri seraya meminta kepada guru ajar untuk mensosialisasikan juga bahaya LGBT, narkoba dan penyakit-penyakit masyarakat lainnya kepada para siswa.

Usai deklarasi, kegiatan  dilanjutkan dengan seminar  yang menampilkan narasumber  Katerina Welon,  Ketua Himpunan VCT (Voluntary Conseling Test) wilayah Sumatra Barat.

Katerina  mengatakan penularan HIV/AIDS identik dengan  lesbian, gay  dan  transgender yang kini banyak kasusnya dikalangan mahasiswa. Hasil  penelitian yayasan HIV/AIDS, 6 bulan terakhir ditemukan 620 kasus baru HIV/AIDS di Sumbar, mayoritas korban dari kalangan anak muda,  berusia usia 20-39 tahun.

Masalah ini terjadi, menurut Katerina, salah satunya kesalaha orang tua yang memfasilitasi anak mereka  dengan memberikan gadget tanpa kontrol dan membebaskan mereka menggunakan jaringan dunia maya.

“Anak sekarang banyak kehilangan vigur ayah, karena orang tua sekarang sibuk pula  dengan hp-nya,” ujar Katerina  sambil mengingatkan , penanganan LGBT juga cenderung menemukan kesulitan. Ini disebabkan  adanya perlindungan UU Hak Azazi Manusia yang harus dicermati, sehingga upaya yang fundamental yang  dapat diyakinkan  untuk mengedukasi  anak adalah membangun ketahanan keluarga. (ris)


×
Berita Terbaru Update