Padang Info.com - BANDUNG - Dra Nurhayati Subakat Apt, pengusaha kosmetik pemilik brand Wardah menjadi wanita pertama yang dianugerahi gelar Doktor Kehormatan (Honoris Causa) oleh Institut Teknologi Bandung ( ITB).
Gelar doktor kehormatan ini diberikan kepada Dra. Nurhayati Subakat, Apt, pengusaha kosmetik pemilik brand Wardah.
Rektor ITB Kadarsah Suryadi mengatakan, Nurhayati dinilai telah memberikan sumbangsih nyata dan menonjol untuk bangsa dan negara, termasuk untuk keilmuan.
“Ibu Nurhayati ini adalah doktor kehormatan yang pertama wanita di ITB,” kata Kadarsah di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Kota Bandung, Jumat (5/4/2019).
Kadarsah mengatakan, Nurhayati dipilih karena dinilai telah menghasilkan karya nyata yang inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat.
Sejak tahun 1985, lanjut dia, Nurhayati mendirikan home industry produk sampo berbekal keilmuan farmasetika saat menempuh pendidikan sarjana farmasi dan apoteker di ITB tahun 1971-1975.
Nurhayati mengembangkan formulasi produknya hingga mampu bersaing di pasar sampai dengan saat ini. Usaha produk kosmetik halal yang pertama dikembangkan wanita kelahiran Padang Panjang ini kini menjadi trend dan banyak diikuti produsen kosmetik internasional lainnya.
Sebelum Nurhayati, baru 11 orang yang menerima gelar kehormatan yang sama dari ITB, yaitu Presiden Republik Indonesia pertama Dr Ir Soekarno, Dr Ir Sediatno; Dr Ir J Rooseno; Dr Soetarjo Sigit; Dr Ir Hartanto Satrosoenarto; Prof Dr Emil Salim; Dr Ir Arifin Panigoro; Presiden Republik Indonesia keenam Prof.Dr.H Susilo Bambang Yudhoyono, serta Nobel Laureate Prof Peter Agre dan Prof. Finn Erling Kydland.
Inspratif dan beri manfaat
Kadarsah mengatakan, proses yang ditempuh untuk memutuskan memberikan gelar kehormatan ini memakan waktu yang cukup panjang.
Berawal dari para calon yang diusulkan masyarakat maupun dari pihak ITB sendiri hingga pengusul menyampaikan surat usulannya kepada rektor.
“Rektor punya tim yang namanya tim pengamat. Tim ini kemudian bekerja menganalisa melihat membaca, mengkaji data dari para calon, baik itu CV, termasuk karya-karya yang dipersembahkannya,” ungkap Kadarsah seperti dikutip kompas.com.
Setelah itu, tim lalu melaporkannya kepada rektor untuk diteruskan kepada Ketua Senat Akademik hingga akhirya tim promotor yang dibentuk di senat ini mengetok palu hasil dari rapat plenonya dan menyampaikannya kembali kepada rektor.
“Akhirnya dibuatlah surat keputusan tentang anugerah doktor Honoris Causa ini,” ungkapnya.
Kadarsah berharap dengan adanya penganugerahan doktor kehormatan pada Nurhayati, dapat menjadi inspirasi bagi kita semua tentang karya yang memberikan manfaat lebih besar baik untuk keilmuan maupun untuk bangsa dan negara.
“Jadi dengan penganugerahan doktor kehormatan ini, insya Allah kami harapkan memberikan inspirasi supaya lebih banyak lagi insan-insan negeri ini yang berkarya dan memberikan manfaat kepada orang banyak,” harapnya.
Kadarsah pun berharap, ke depan banyak kaum Kartini mendapatkan anugerah doktor kehormatan di negeri ini.(*)
Gelar doktor kehormatan ini diberikan kepada Dra. Nurhayati Subakat, Apt, pengusaha kosmetik pemilik brand Wardah.
Rektor ITB Kadarsah Suryadi mengatakan, Nurhayati dinilai telah memberikan sumbangsih nyata dan menonjol untuk bangsa dan negara, termasuk untuk keilmuan.
“Ibu Nurhayati ini adalah doktor kehormatan yang pertama wanita di ITB,” kata Kadarsah di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Kota Bandung, Jumat (5/4/2019).
Kadarsah mengatakan, Nurhayati dipilih karena dinilai telah menghasilkan karya nyata yang inovatif dan bermanfaat bagi masyarakat.
Sejak tahun 1985, lanjut dia, Nurhayati mendirikan home industry produk sampo berbekal keilmuan farmasetika saat menempuh pendidikan sarjana farmasi dan apoteker di ITB tahun 1971-1975.
Nurhayati mengembangkan formulasi produknya hingga mampu bersaing di pasar sampai dengan saat ini. Usaha produk kosmetik halal yang pertama dikembangkan wanita kelahiran Padang Panjang ini kini menjadi trend dan banyak diikuti produsen kosmetik internasional lainnya.
Sebelum Nurhayati, baru 11 orang yang menerima gelar kehormatan yang sama dari ITB, yaitu Presiden Republik Indonesia pertama Dr Ir Soekarno, Dr Ir Sediatno; Dr Ir J Rooseno; Dr Soetarjo Sigit; Dr Ir Hartanto Satrosoenarto; Prof Dr Emil Salim; Dr Ir Arifin Panigoro; Presiden Republik Indonesia keenam Prof.Dr.H Susilo Bambang Yudhoyono, serta Nobel Laureate Prof Peter Agre dan Prof. Finn Erling Kydland.
Inspratif dan beri manfaat
Kadarsah mengatakan, proses yang ditempuh untuk memutuskan memberikan gelar kehormatan ini memakan waktu yang cukup panjang.
Berawal dari para calon yang diusulkan masyarakat maupun dari pihak ITB sendiri hingga pengusul menyampaikan surat usulannya kepada rektor.
“Rektor punya tim yang namanya tim pengamat. Tim ini kemudian bekerja menganalisa melihat membaca, mengkaji data dari para calon, baik itu CV, termasuk karya-karya yang dipersembahkannya,” ungkap Kadarsah seperti dikutip kompas.com.
Setelah itu, tim lalu melaporkannya kepada rektor untuk diteruskan kepada Ketua Senat Akademik hingga akhirya tim promotor yang dibentuk di senat ini mengetok palu hasil dari rapat plenonya dan menyampaikannya kembali kepada rektor.
“Akhirnya dibuatlah surat keputusan tentang anugerah doktor Honoris Causa ini,” ungkapnya.
Kadarsah berharap dengan adanya penganugerahan doktor kehormatan pada Nurhayati, dapat menjadi inspirasi bagi kita semua tentang karya yang memberikan manfaat lebih besar baik untuk keilmuan maupun untuk bangsa dan negara.
“Jadi dengan penganugerahan doktor kehormatan ini, insya Allah kami harapkan memberikan inspirasi supaya lebih banyak lagi insan-insan negeri ini yang berkarya dan memberikan manfaat kepada orang banyak,” harapnya.
Kadarsah pun berharap, ke depan banyak kaum Kartini mendapatkan anugerah doktor kehormatan di negeri ini.(*)