Notification

×

Iklan

Iklan



Waspadai Gempa Mentawai

Kamis, 24 Oktober 2019 | 10/24/2019 WIB Last Updated 2024-09-10T02:19:51Z
padanginfo.com - MENTAWAI — Aktivitas kegempaan di Kepulauan Mentawai kembali meningkat. Dua hari terakhir, empat gempa bumi mengguncang kepulauan di Samudra Hindia, Provinsi Sumatera Barat, itu. Sejumlah warga sempat mengungsi.

Gempa terbaru terjadi Rabu (23/10/2019) pukul 05.11. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) awalnya menginformasikan gempa berkekuatan M 5,4, kemudian diperbarui menjadi M 5,2.

Episenter gempa di laut pada jarak 48 kilometer (km) arah selatan kota Tuapejat, Mentawai, sedalam 27 km.  ”Guncangannya seperti ada mobil besar lewat, tetapi lebih kuat,” kata Elza Desriki (26), warga Dusun Karang Anyar, Desa Sipora Jaya, Sipora Utara, Kepulauan Mentawai, Rabu. Gempa terasa berkisar 5-10 detik di rumahnya.

Gempa itu tidak merusak bangunan ataupun menelan korban. Warga desa itu juga beraktivitas seperti biasa. Gempa juga dirasakan Hariyanto Suwito (54), warga Dusun Seai Baru, Desa Sikakap, Kepulauan Mentawai. Hari dan warga pesisir sempat keluar rumah, tetapi tidak sampai mengungsi. Gempa relatif kuat terjadi medio tahun lalu.

”Saat gempa kami keluar rumah. Menunggu ada gempa susulan atau tidak. Karena tidak ada, kami kembali masuk rumah,” kata Hari. Selasa pukul 06.49 dan pukul 07.03 juga terjadi dua gempa M 5,2 dan M 5,0. Lokasinya 49 km tenggara Tuapejat dengan kedalaman 18 km dan 22 km. Gempa M 3,6 juga terjadi Selasa pukul 15.24 dengan lokasi 51 km tenggara Tuapejat sedalam 22 km.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kepulauan Mentawai Amir Ahmari, seperti dilansir kompas.com mengatakan, tidak ada laporan korban ataupun kerusakan bangunan akibat gempa. Namun, di Dusun Mapadegat, Tuapejat, kabel listrik rumah warga terlepas.

Sejumlah warga juga dilaporkan mengungsi ke lokasi lebih tinggi atau ke rumah saudara di zona aman. ”Kami selalu mengimbau warga waspada dan evakuasi mandiri,” kata Amir. Sejauh ini, seperti kata Hariyanto, warga Sikakap terbiasa dengan gempa. Mereka juga mengalami gempa tahun 2007 dan 2010. Warga aktif dalam simulasi gempa dan tsunami.

Gempa dangkal

Menurut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa Rabu pagi itu termasuk gempa dangkal. Gempa dipicu aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di zona megathrust.

”Analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault). Pemodelan menunjukkan gempa tak berpotensi tsunami,” katanya. Guncangan gempa di Pulau Sipora memiliki skala intensitas IV MMI sehingga cukup kuat dirasakan.

Di Painan, Padang, dan Pariaman dalam skala III MMI, gempa dirasakan seakan ada truk berlalu. Di Padang Panjang, Sawahlunto, Payakumbuh, Bukittinggi, dan Solok dirasakan dalam skala intensitas II MMI, dirasakan beberapa orang. Benda ringan yang digantung bergoyang. Menurut Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, gempa pagi itu sebenarnya bagian dari rentetan gempa sejak Selasa pagi. ”Ini aktivitas gempa urutan keempat yang mengguncang Kepulauan Mentawai,” ujarnya.

Patut diwaspadai

Daryono menegaskan, peningkatan aktivitas gempa di Kepulauan Mentawai patut diwaspadai karena zona ini memang zona aktif gempa dengan sejarah gempa besar. Di sana, gempa dahsyat terjadi 24 November 1833. ”Kekuatannya mencapai M 9,0,” ucapnya.

Gempa pada 2 dan 5 Februari 2019 terjadi di pinggiran megathrust Mentawai yang terakhir gempa pada 1797. Sumber: Rahma Hanifa, 2019
Saat itu, gempa dilaporkan dirasakan hingga Singapura dan Pulau Jawa.  Kuatnya gempa menjebol tanggul penahan air danau yang merupakan dinding lereng Gunung Kaba, Sumbar. Air danau tumpah dan mengalir sehingga banjir bandang tak terelakkan. Tujuh desa hancur.

Selain merusak banyak rumah di Bengkulu dan Sumbar, gempa saat itu juga memicu tsunami di pesisir Bengkulu dan Sumbar. Beberapa kapal terempas dan terlempar ke daratan.

Tim Pengawas Pusdalops BPBD Sumbar Ade Edward mengatakan, gempa dua hari beruntun itu menjadi perhatian, terutama petugas piket pemantauan gempa dan peringatan dini tsunami. Gempa itu bisa saja pendahulu gempa lebih besar. Kawasan tersebut menyimpan energi gempa besar, tetapi jarang melepasnya.(*)


×
Berita Terbaru Update