Bos Wardah Dr Nurhayati Subakat dalaman perbincangan jarak jauh dengan Dahlan Iskan. (f:dok siway) |
Hal itu terungkap dalam perbincangan jarak jauh via Zoom Dahlan Iskan dengan Dr Nurhayati Subakat, pemilik Wardah, seperti yang dilansir dalam blog Dahlan Iskan Diway, Selasa (10/08/2020).
"Sampo Wardah belum berhasil. Masih kalah jauh dari sampo merek-merk asing," ujar wanita kelahiran Padangpanjang, SUmbar, itu.
Produk sampo itu memang anak bungsu di grup Wardah. Produk sampo itu masuk ke pasar ketika mata pesaing global sudah mulai melotot.
Di bidang kosmetik, tulis Dahlan, Wardah memang mengejutkan produk global. Pasar mereka merosot di Indonesia. Bagaimana bisa Wardah mengalahkan mereka. Itulah topik bahasan di dunia marketing. Termasuk sampai menjadi bahasan di Harvard University.
Lalu produk global itu pun beraksi. Menyerang balik. Dengan kekuatan global mereka. Secara penuh. Termasuk memberikan diskon sampai 30 persen. Pun produk global itu sampai membuat produk baru yang masuk ke pasar emosional: muslimah.
Sudah tiga tahun Wardah dapat serangan balik seperti itu. Ternyata Wardah tetap kokoh. Posisi nomor 1 itu tidak bisa digeser. "Sampai hari ini," kata Dahlan pula.
Menurut mantan Menteri BUMN era Prsiden SBY itu, salah satu kekuatan Wardah adalah: bisa membuat item lebih banyak dari produk global. Wardah kini punya lebih dari 800 items!
"Itu karena Wardah punya tim riset yang kuat. Ruang risetnya saja 2000 meter persegi. Latar belakang akademis pemiliknya membuat perhatian di bidang riset diutamakan," jelas Dahlan. Nurhayati, suami dan anak-anaknya semuanya jebolan ITB.
Tidak hanya karena itu, sebut Dahlan. Tetapi juga karena struktur kepemilikan di Wardah begitu simple. Demikian juga struktur di manajemennya. Itu bisa membuat Wardah bergerak cepat ibarat sebuah startup tapi dengan manajemen perusahaan yang mapan.
Dalam analisa Dhalan, warjar Wardah masih harus bertempur di item shampo. Sebab, Shampo Wardah masuk ke medan perang ketika arena pertempuran sedang seru-serunya seperti itu.
Tapi Nurhayati punya kiat untuk bertemput. "Kami harus mengubah strategi. Kami tidak bisa mengimbangi dengan cara yang sama," ujar Dr Nurhayati.
Maksudnya, tidak akan membalas dengan memghamburkan uang promosi dan potongan harga yang tidak masuk akal. "Kami pindah ke taktik gerilya," katanya.
Sayangnya taktik baru itu terhambat oleh pandemi. Taktik gerilya itu memerlukan banyak bertemu langsung dengan konsumen. "Kami harus menjaga keselamatan karyawan kami. Itu nomor satu," ujar Nurhayati menjawab Dahlan.
Kemenangan shampo Wardah masih harus tertunda. Entah sampai kapan. Tapi Wardah tetap teguh. Tidak akan go public ke pasar modal. Budaya perusahaan di Wardah bukanlah jenis 'budaya binatang ekonomi'.
Dahlan mendukung pilihan bos Wardah itu. "Saya tidak bisa membayangkan apakah orang seperti keluarga Wardah sampai hati untuk goreng-goreng saham. Atau akuisisi sini akuisisi sana. Kalau perlu secara curang –yang penting harga saham naik terus. Saya juga tidak bisa membayangkan apakah Nurhayati tega sengaja menjatuhkan harga saham untuk menipu publik," tuturnya.
Dan lagi Wardah tidak perlu tambahan modal. Pertempurannya dengan produk global tidak memaksanyi mencari pinjaman bank. Atau mencari uang ke pasar modal.
Bahkan di tengah pertempuran itu, tahun 2017, Wardah melunasi semua utangnya. Yang sempat sampai Rp 300 miliar. "Utang bisa membuat ketagihan. Kalau tidak dilunasi tidak bisa berhenti," katanya.
Bahkan Wardah juga ingin memperkokoh modal. Agar perusahaan nasional ini bisa bertahan kokoh terhadap serangan global. Modal yang sedang dibentuk adalah tabungan yang harus cukup untuk membiayai perusahaan selama 1 tahun. Maksudnya: kalau pun ada bencana atau pandemi selama satu tahun Wardah tetap bisa bertahan. Tanpa jual aset, tanpa cari pinjaman dan tanpa jual saham.
"Pinjaman dan saham adalah pintu dan jendela masuknya global ke perusahaan. Dengan perjuangan seperti itu sangat pantas Nurhayati mendapat gelar doktor dari ITB. Apalagi Nurhayati sendiri lulusan ITB –farmasi. Suaminyi juga lulusan ITB –teknik mesin. Dua anaknyi lulusan ITB. Empat kakaknyi lulusan ITB. Nikmat apalagi yang masih harus didustakan.
Diawal perbincangan yang berlangsung selama dua jam itu, Dahlan tidak lupa memuji Presiden Komisaris Wardah itu. "Wow! Ternyata beliau bisa memakai lipstik! Modis pula. Pun kelihatan jauh lebih cantik dan muda," pujinya.
"Saya pun teringat pertemuan dua tahun lalu. Di Surabaya. Saat sama-sama menjadi pembicara seminar. Juga saat saya mengantar beliau ke stasiun kereta api. Waktu itu tidak terlihat ada make-up sama sekali di wajahnya. Dan ketika saya menyapukan pandangan ke kakinyia ya ampun, sandalnya sangat sederhana. Sama sekali tidak terlihat sebagai bos besar –dari perusahaan kosmetik pula."
"Ternyata kini banyak yang sudah berubah. Tampilan beliau menjadi begitu anggun," tambah Dahlan Iskan.(afr)