Notification

×

Iklan

Iklan

Inilah Antologi Puisi "Seperti Belanda" yang Ditulis 67 Penyair Nasional

Minggu, 16 Agustus 2020 | 8/16/2020 WIB Last Updated 2024-09-08T07:23:04Z

padanginfo.com-JAKARTA -Inilah antologi puisi  dengan tajuk:Seperti Belanda, yang ditulis 67 penyair Nasional.

Itu sebab, bertepatan dengan 15 tahun Hari Damai Aceh pada 15 Agustus 2020, kurator bunga rampai puisi Indonesia berjudul Seperti Belanda, Salman Yoga menyebut ada puluhan nama penyair yang dinyatakan lolos seleksi puisinya untuk dimuat di buku ini.

"Ada pula puisi yang tidak lolos karena tidak sesuai dengan tema besar yang kita suguhkan, yakni konflik, bencana alam tsunami dan perdamaian," kata Salman, di Takengon, Aceh Tengah, Sabtu, 15 Agustus 2020.

Salman menyatakan penyair yang lolos kurasi dalam buku tersebut berasal dari berbagai daerah. Di sisi lain, dari 67 penyair nasional yang sudah terkenal, ada pula 17 penyair perempuan di dalamnya. Salah satunya adalah penyair termuda yang masih berstatus mahasiswi di Fakultas Kedokteran berusia di bawah 20 tahun.
Keputusan untuk menampilkan beberapa penulis muda tersebut, antara lain Adam Zainal, Abu Rahmad, Aflaha Rizal, Desi Ulvia serta Sanya Savira Aboebakar adalah sebagai bentuk tanggung jawab panitia untuk melakukan regenerasi.

"Renegenerasi di dunia penyair perlu, agar bakat-bakat yang terpendam di kalangan milenial bisa juga muncul bersama penyair senior. Dan yang paling muda adalah Sanya Savira Aboekabar," ungkapnya.

Inisiator bunga rampai puisi Indonesia Pilo Poly menjelaskan, buku puisi ini akan dibagi gratis ke warga melalui pdf. Selanjutnya, buku tersebut akan dicetak terbatas pula sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada penyair
.
"Setelah itu, buku tersebut nantinya akan dikirimkan ke alamat masing-masing penyair dan juga ke perpustakaan dan sekolah (jika memungkinkan) di Aceh," jelas dia.

Sebagai inisiator, dirinya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu suksesnya pengumpulan karya. Tak lupa, ucapan terima kasih juga disampaikan kepada intelektual nasional, Fachry Ali karena sudah memberikan prolog dalam buku ini.

"Tak lupa lupa pula ucapan terima kasih kepada Aktris populer Christine Hakim yang menyuguhkan epilog," sebut Pilo bersemangat.

Berikut daftar nama-nama penyair yang dinyatakan lolos kurasi:

1. Abu Rahmat
Pada Bulan Antara Desember
2. Adam Zainal
Di Ladang Harapan
3. Aflaha Rizal
Kraft
4. Ahmadun Yosi Herfanda
Sudah Terlalu Banyak Yang Pergi
Ada Seseorang Yang Menunggu di Tikungan
5. Ali Syamsudin Arsi
Tajam Luka Rencong, Bila
Membelah Bumi Membuka Jarak
6. Arafat Nur
Kenangan Masa Kecil
Ada Sebuah Masa yang Sengaja Dihilangkan
7. Arika Aboebakar
Perempuan dan Serdadu
8. Ayi Jufridar
Memangkas Kenangan
Pagi Berdarah
9. D Kemalawati
Dengung di Atas Batu
10. D Zawawi Imron
Aceh Mendesah Dalam Nafasku
11. Desi Ulvia
Tragedi Pinto Sa
12. Dheni Kurnia
Ujung Barat Aceh
Mataku Selalu Terbuka
13. Debra H. Yatim
Garis Empu
14. Edrida Pulungan
Seteleah Helsinki
Perempuan Pemetik Bungong Seulanga
15. Emi Suy
Makan Beras
Desing Peluru Mesiu
16. Fakhrunnas MA Jabbar
Menghidu Sisa Mesiu dan Serdadu
Tanah Rencong Ini : t. iskandar johan
17. Fikar W. Eda
Kopi Pmtoh
Seperti Belanda
18. Gen's Gonzaga
Nangroe Aceh, Selepas Luruh
19. Hasan Aspahani
Hari Ini Tak Ada Laporan Dari Aceh
20. Hasbi Burman
67#Hallo Indonesia
21. Herman RN
Kenangan (mengenang janji damai Aceh)
Antara Gayo - Blang
22. Husnu Abadi
Doa Untuk Daud Beureueh
Mengenang A. Hasymi
23. Ihan Sunrise
1999
24. Irawan Sandhya Wiraatmaja
Seperti Kudengar Napasmu, Aceh Aceh: Di Mana Tersimpan Air Mata
25. Isbedy Stiawan ZS
Aceh, dan apa kabar saudaraku?
Menyusuri Sisa-Sisa Kota
26. Iwan Kurniawan
Aceh dalam Angka
27. J. Kamal Farza
Hujan Hari Nuzulul Quran
28. Jumari HS
Membayangkan Masa Lalu
Aceh
29. Kurnia Effendi
Sepucuk Tanda Mata
Setelah Jauh Pusaran Itu
30. Larasati Sahara
Derita Kami Menjelma Cahaya
31. LK Ara
Benteng Rikit Gaib 1904
Pesan Untuk Radio Rimba Raya
32. Mahdi Idris
Arongan, Suatu Pagi
Bukit Tengkorak
33. May Yusra Soelaiman
Sepanjang Perang
34. Mukti Sutarman Espe
Mari Melangkah
21 - 8 – 2005
35. Mustiar AR
Aceh
Mak
36. Nanang Farid Syam
Senja Pantai Lhoknga
Menghadapi Masa Lalu
37. Nasir Djamil
Jangan Biar Benalu Mematikan Pohon Damai
38. Nasrullah Thaleb
Di Siron
39. Nezar Patria
Kutaraja, 1874
Menyambut Umar
40. Ni Wayan Idayati
Kota dalam Ingatan: Tsunami 2004
41. Pilo Poly
Kohler
Van Swieten
42. Pringadi Abdi Surya
Menatap Aceh dari Bibirmu
43. Putra Gara
Inong Balee
Negeri Para Syuhada
44. Rahmad Sanjaya
Perempuan Bersayap Senja
45. Raudah Jambak
Antara Qanun, Helsinky, dan Corona
46. Rida K. Liamsi
Di Tebing Laut Tawar
Perjalanan
47. Rosni Idham
Aku Terperangah
48. Salman Yoga S
Renggali
Selama Rencong Adalah Tanda Mata
49. Sanya Savira Aboebakar
Damai Yang Dirindukan
50. Soeryadarma Isman
Membaca Aceh
51. Sosonjan A. Khan
Aceh dan Kuingat Tsunami
52. Sulaiman Juned
Aku Tabur Bunga Di Pusara Bernama Aceh
53.Sulaiman Tripa
Hikayat Kpoi Rindu
54. Sutarji Calsum Bachri
Bah
Agar
55.Syarifuddin Aliza
Introduksi
56.Syarifuddin Arifin
Di Musemun Tsunami
Di Pondok Sepi, Gerbang Makam Teuku Umar
57 Teuku dedek
Makam Pahlawan
58. Teuku Rifnu Wikana
Dongeng Untuk Lala
59. Ulfatin Ch
Tanahmu Istimewa
Masih Ada Rumah
60. Vera Hastuti
Surau
61Wannofri Samry
Sajak Dua Wanita
dari Serambi
62Wayan Jengki Sunarta
Singgah di Banda Aceh
Tugu Kilometer Nol Indonesia
63. Willy Ana
Pidie Jaya
64. Wina SWI
Sejauh Jarak
65. Zaim Rofiqi
Untuk Aceh, Untuk Indonesia
66. Zulfaisal Putra
Takakan Bisa Kulunasi Utangku Padamu
Perempuan Aceh, Adalah Benar
67. Zulfikar Kirbi
Mengingat Alm. Tgk. Abdul Syafi'e (*/ak)


×
Berita Terbaru Update