Notification

×

Iklan

Iklan


Gamawan Beri Sinyal Dukungan untuk Nasrul Abit?

Kamis, 03 September 2020 | 9/03/2020 WIB Last Updated 2020-09-03T09:44:33Z


padanginfo - PADANG - Tokoh Birokrat senior Indonesia Gamawan Fauzi menegaskan, cara pandang dan berpikir orang birokrat dengan orang non birokrat dalam mengelola tatanan kepemerintahan, sangat jauh berbeda. Khusus di Provinsi Sumatra Barat, mantan Menteri dalam Negeri era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu menyebutkan, sejak zaman Gubernur Harun Al-Rasjid Zain hingga dirinya, Sumatra Barat dipimpin oleh orang-orang birokrat berpengalaman dan teruji.

Meski tidak menyebutkan secara gamblang kandidat siapa yang akan ia dukung dan pilih pada di konsestasi Pilkada serentak Desember 2020 nanti, namun sepertinya Gamawan Fauzi memberikan sinyal, jika yang lebih cocok memimpin Sumatra Barat adalah orang-orang dengan latar belakang birokrat.

Birokrat yang punya pengalaman dan rekam jejak baik. Jika benar demikian, maka salah satu birokrat yang dimaksud oleh mantan Gubernur Sumatra Barat itu adalah Nasrul Abit yang maju bersama dengan Indra Catri untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar.

Nasrul Abit sendiri, saat ini masih menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumatra Barat. Sejak memulai karir di dunia pemerintahan dan politik, Nasrul Abit dikenal sebagai seorang birokrat ulung, punya banyak pengalaman dan teruji. Untuk pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur pada Desember nanti, ia berpasangan dengan Indra Catri yang dikenal sebagai teknokrat ulung. Mereka berdua, berangkat dengan kapal partai besutan Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto yakni Partai Gerakan Indonesia Raya atau Gerindra.

Sinyal dukungan dari Gamawan Fauzi terhadap Nasul Abit kian kuat setelah keduanya melakukan pertemuan tertutup pada Rabu 2 September 2020 kemarin. Pertemuan ini, merupakan pertemuan kedua, setelah sebelumnya juga melakukan pertemuan yang sama dirumah kediaman Gamawan Fauzi. Saat ini, Nasrul Abit datang bersama dengan Indra Catri. Meski pertemuan-pertemuan antara kandidat dengan para tokoh senior sudah merupakan kebiasaan setiap menjelang pilkada sebagai bentuk penghormatan kepada senior, namun seperti ini pertemuan kali ini cukup menggiring opini publik kalau Gamawan “kepincut” dengan Nasrul Abit.

“Saya, orang birokrat dan berangkat dari pengalaman birokrat. Tidak kader partai. Sejak dari pak Harun terakhir saya, itu mayoritas birokrat. Saya, berpengalaman menjadi staf orang-orang pemimpin yang berlatar belakang birokrat. Cara berpikir birokrat dengan cara berpikir non birokrat itu, beda. Silahkan diterjemahkan saja oleh media. Tapi, saya minta meski dari mana saja latar belakangnya, yang dilakukan pertama adalah, bagaimana konsistem pemilih itu sendiri tanpa menimbulkan konflik, friksi yang bisa merusak Sumatra Barat. Baik dari para calinya, maupun pendukungnya. Karena, terkadang spirit untuk menang ini, melupakan etika moral dan sebagainya. Sehingga, merusak para pendukung sendiri. Dan itu berpotensi,” kata Gamawan Fauzi.

Gamawan Fauzi mengingatkan, saat sekarang sudah memasuki proses atau tahapan pendaftaran calon Gubernur, Walikota dan Bupati. Saya sebagai tetua di Pemerintahan, Gubernur dan mantan Menteri Dalam Negeri, tentu saja berkeinginan Sumatra Barat menjadi contoh penyelenggaraan pemilu dengan baik. Maka dari itu, masing-masing calon jaga kekompakan. Silahkan berkompetisi tapi tidak menyebar fitnah. Tidak melakukan trik yang merugikan orang lain. Silahkanm sukseskan diri dengan programnya, tapi jangan jatuhkan yang lain dengan cara yang tidak baik.

Gamawan menjelaskan, dalam pembangunan di Sumatra Barat ini, ada empat pendekatan. Pertama, pendekatan religi, kemudian social behavior dan kultur masyarakat serta pengalaman orang terdahulu. Jadi misalnya, bagaimana zaman pak Harun di provinsi, saya, pak Irwan, itukan juga jadi pedoman masyarakat. Masyarakat bisa melihat penggalan-penggalan itu dan bisa menilai mana yang bisa kita pilih dengan pengalaman masa lalu itu.  

“Apakah yang cocok memimpin Sumatra Barat Lima tahun kedepan adalah seorang birokrat?, Bukan saya yang simpulkan, tapi masyarakat. Masyarakat punya perbandingan, masyarakat menilai. Mungkin kita tidak dengar suaranya, tapi dalam hati mereka, mereka punya penilaian masing-masing terhadap siapa figur yang pantas,” ujar Gamawan.(*)



×
Berita Terbaru Update