Jumat tanggal 04 September 2020 telah mendaftar ke KPUD provinsi Sumatera Barat pasangan calon gubernur dan Wakil Gubernur Buya Mahyeldi dan Audy Joinaldy .
Siapa yang tidak kenal Buya Mahyeldi di Sumatera Barat?
Pria dengan jengot putih Alumni Fakultas Pertanian selain seorang Walikota Padang juga adalah seorang mubaligh.
Buya begitu biasa kita menyapanya adalah seorang alim ulama. Dalam tatanan tigo tungku sajarangan Alim Ulama adalah salah satu pilar yang menjadi suluh bendang dalam nagari, urang Minang sangat menghormati Alim Ulama dan sebutan Buya adalah sebutan penghormatan pada beliau.
Siapa Audy Joinaldy?
Beberapa bulan yang lalu orang-orang dikejutkan dengan munculnya Audy di panggung politik Sumatera Barat. Ketika PPP mulai mengenalkan ke publik dengan baliho dan sosialisasi ke tengah masyarakat masih sering kita dengar
Sia Audy tuh?
Baa kok Gelarnya Sapanjang Tali Baruak?
Cino yo?
Pertanyaan pertama wajar, karena dengan usia yang masih sangat muda Audy tentu belum banyak berkiprah di sosial kemasyarakatan di Sumatera Barat.
Anak Muda dengan cambang, kumis dan jengot yang dipelihara tipis ini lebih banyak menghabiskan waktunya di luar Sumatera Barat.
Lahir di Jakarta, SD - SMA di sekolah Al Azhar di Jakarta lalu meneruskan kuliah di IPB Bogor.
Audy kemudian melanjutkan pendidikan S2 di Belanda dan kembali ke Indonesia untuk kemudian mengambil pendidikan Doctoral di Almamater lamanya IPB.
Untuk karir Audy mengawali kariernya sebagai karyawan di salah satu perusahaan pakan terkemuka di Indonesia. Perusahaan yang merupakan satu dari duopoli perusahaan yang menguasai pasar Indonesia mulai dari anakan, pakan, serum, dan lain-lain.
Belajar dari situ Audy muda kemudian membangun perusahaan sejenis di Sulawesi. Perpaduan dari kecerdasan, keuletan dan kesungguhan Audy muda sukses membangun Perkasa Group menebus market Indonesia Timur untuk kemudian menjadi kompetitor yg kuat menebus duo poli perusahaan multinasional tersebut.
Perkenalan beliau secara intens dengan Buya adalah pada salah satu organisasi koperasi urang awak dimana keduanya adalah anggota di koperasi tersebut. Suatu ketika Buya melontarkan keluhan dan gagasannya tentang peternak kita yang menjadi ‘buruh di kandangnya sendiri’. Duo poli perusahaan multinasional tersebut benar-benar membuat peternak tidak berkutik. Merekalah yang menentukan harga dan peternak kita hanya bisa manut.
Bak Gayung bersambut Audy yang juga anggota memberikan solusi yang terintegrasi, “Kita harus memulai dengan membuat penampung produksi, Buya” ujarnya, kemudian melanjutkan pemaparannya.
Saya yang ketika itu menjadi ketua bidang Investasi merasa takjub dengan pemaparan tersebut, Buya apalagi senyum sumringah langsung terpapar dari wajahnya.
Ayo kita mulai !!!
Lalu sebagai langkah awal dibangunlah Rumah Potong Ayam Modern di Aia Pacah Padang yang siap untuk menampung produksi ayam dari peternak kita. Hadirnya RPA menjamin pasokan dan kehalalan produk ayam potong kita yang selama ini mengandalkan pasokan dari Medan, Sumatera Utara. Kestabilan harga ayam bisa terjaga dan peternak tidak perlu khawatir dengan hasil ternak mereka karena sudah ada yang menampung.
Program ini tentu akan diikuti dengan hal lain seperti DOC ( day old Chick) anakan, budidaya jagung untuk pakan, industri pengolahan bulu ayam dan lain-lain yang dipercaya mampu menaikkan jumlah pekerja dan pengusaha di negeri kita utamanya di kalangan anak muda.
Saya pribadi ketika di awal Desember tahun lalu mendengar Buya mengajak Audy untuk ikut konstelasi pilkada merasa cukup kaget.
Berani sekali Buya mengajak anak muda yang belum dikenal untuk ikut dalam pilkada. Audy meskipun sukses di usia muda baik dalam pendidikan maupun bisnis tetapi belum dikenal publik. Jawaban Buya ketika itu membuat saya semakin takjub dengan pria sederhana yang sudah banyak mendapat amanah untuk jabatan publik di Sumatera Barat.
Kita kembalikan kepada niat kita untuk membangun ekonomi masyarakat, utamanya petani, peternak dan nelayan serta Ridha dari Allah SWT. Kalau Allah ridho maka kita akan mampu mewujudkan niat baik tersebut. Kalau tidak kita tidak usah kecewa karena mungkin Dia punya rencana lain untuk kita. Begitu yang disampaikan Buya kala itu, “Kita mulai saja dengan Bismillah,” ujarnya menutup pembicaraan.
Baa kok gelarnya sapanjang tali baruak?
Disitulah ternyata peran seorang ibu ditunjukkan. Audy meskipun terlahir dari keluarga seorang pengusaha tidak larut dalam kekayaan yang dimilikinya, alih-alih terjerumus ke Narkoba, pergaulan dengan wanita-wanita cantik ataupun menjadi anak mama yang pasive,
Audy muda justru sangat gandrung dengan dunia pendidikan. Peran ibunya yang mendidik dan mengarahkan diakui pria muda ini sebagai kunci kenapa dia sangat gandrung dengan ilmu pengetahuan. Gelar akademik yang diraihnya adalah perpaduan dari kesungguhan dan kerja keras dan terutama bimbingan dan arahan dari ibunda tercinta.
Cino yo?
Terus terang saya ketawa ngakak ketika pertanyaan tersebut muncul baik dari teman-teman dekat maupun apa yang terdengar di masyarakat. Baliho Audy lah yang menjadi penyebabnya. Di foto Baliho yang dibuat klimis tersebut mata Audy memang terlihat sipit. Wajar pertanyaan tersebut muncul.
Audy Joinaldy adalah putra sulung dari Pengusaha Nasional Joineri Kahar yang juga merupakan ketua umum Koperasi Saudagar Minang Raya dan Pembina pada Minang Word Foundation ( MWF) . Pria asal Padang ini adalah pengusaha nasional kebanggaan urang awak. Sebuah masjid dengan nama Al Qahar di bungus telah dibangun di daerah yang menjadi asalnya tersebut.
Bunda Audy, ibu Desmilia adalah wanita asli Solok yang masih memiliki rumah gadang di kampungnya. Audy bahkan didaulat sebagai penghulu / penangku adat dengan galau Dt. Pasisia Alam.
Tak kenal maka tak sayang, itulah mungkin ungkapan yang kita sematkan sehingga pertanyaan tersebut sempat muncul tetapi seiring berjalannya waktu pertanyaan tersebut sekarang sudah mulai jarang terdengar. Sosialisasi yang masive yang dilakukan Audy untuk memperkenalkan diri ke tengah masyarakat telah menjawab semua pertanyaan itu.
Audy sendiri telah menunjukkan semangat muda yang terwujud dalam kegigihan melakukan sosialisasi. Hampir setiap hari berangkat gelap pulang gelap mendatangi warga dan menyapa masyarakat bahkan sampai ke daerah-daerah yang terletak di pinggiran.
Keuletan tersebut membuat saya menjadi faham kenapa keluarga tersebut berhasil di perantauan, mereka adalah keluarga yang gigih, ulet dan tak kenal menyerah. Kesuksesan memang selalu datang dari buah kerja keras, niat baik dan Ridha Allah.
Pada sisi lain ada banyak anak muda yang juga ikut dalam pilkada serentak kali ini di kabupaten kota Sumatera Barat. Kenyataan itu menunjukkan Sumatera Barat yang selalu melahirkan pemimpin hebat dari waktu ke waktu sangat sukses dalam melakukan regenerasi.
Anak Muda adalah harapan kita, merekalah yang akan menjalani dan menentukan arah negeri ke depannya. Di Sumatera Barat dengan populasi usia muda produkrif mencapai populasi di sekitar 39 persen peran anak muda sangat diharapkan. Audy dan anak2 muda lainnya diharapkan menjadi contoh teladan dan motor pengerak di negeri pusako bundo.(Nuzul Amri)