Syofiani Yusaf (Foto Keluarga) |
Catatan: Indra Sakti Nauli
Innalillahi Wainna Ilaihi Rodjiun..
Allahumma firlaha
Warhamha Waafiha Wafuanha..
Telah berpulang ke
Rahmatullah, Ibu Dra. Syofyani Yusaf , maestro tari Legendaris Sumatera Barat,
Pendiri dan Pimpinan sanggar Tari Syofyani, pukul 14.40 hari ini, Jumat 4 Maret
2022 di RS Achmad Mochtar Bukittinggi dalam usia 86 tahun. Mohon ikhlaskan dan
maafkan segala salah beliau .
Semoga Allah mencatat
segala amal ibadahnya dan melapangkan jalannya menuju Khaliknya, Amiin
Selamat jalan Mama..
Demikian catatan FB dari putri keempat almh, Sandra Fourina Yusaf.
Bagi kalangan seniman tari, tidak saja di Sumatera Barat, tapi
juga nasional, nama Syofyani sudah tidak asing lagi. Dia adalah maestro dan
satu-satunya legendaris pencipta tari Minang yang tersisa. Sudah lama beristirahat di rumah asalnya di
Bukittinggi, tiba-tiba kabar duka yang diterima kalangan seniman dan ratusan
ribu murid-murid yang belajar tari di sanggarnya, Syofiani Dance and Music.
Bagi anak didiknya, Syofiani dipanggil mama. Sama seperti ke
enam anaknya, lima putri dan satu putra, memanggil sang ibu. Panggilan mama itu
menjadikan keakraban bagi semua anak tarinya.
Menyebut
sanggar tari Syofiani sudah tidak asing lagi banyak kalangan di Padang dan
Bukittinggi. Banyak orang tua yang mengantarkan bakat anaknya untuk dilatih
oleh Syofiani. Kalau dihitung sejak
didirikan di era 1953 hingga sekarang, sudah ratusan bahkan mungkin jutaan orang, baik laki-laki maupun perempuan yang
diajarkan menari oleh Syofiani.
Syofiani
tidak saja mengajarkan tari, tapi juga menciptakan tari. Puluhan tari telah diciptakan dan tari itu pula yang
diajarkan kepada anak didiknya.
Lahir di Bukittinggi tahun 1936.
Suaminya, Yusaf Rahman, seorang seniman musik telah berpulang pada 2005 lalu dalam usia 72 tahun. Semasa
hidupnya, Yusaf Rahman adalah pendiri Orkes Shymponi Padang. Sejak menginjak
usia tua, sanggar tarinya dikelola anak-anaknya yang juga menerima darah
seni dari kedua orang tuanya.
Karena kepiawaian dalam menciptakan tari dan menampilkan ke kalayak, Pemprov Sumbar sering membawa grup tari Syofiani melanglangbuana ke mancanegara. Termasuk juga Pemerintah Pusat di era Orde Baru. Seperti ke Perancis, Pakistan, India, Italia, Yunani, Spanyol, Australia, Swiss, Belanda, Korea, Jepang, Brazil, Amerika Serikat, di semua negara Asia. Mungkin separuh belahan bumi sudah didatangi ntk menari minang.
Pada 2012 Sanggar Tari Syofyani diundang ke Prancis
untuk ikut berpartisipasi dalam Festival De Montoire, yang merupakan festival
seni tahunan bergengsi di kota Montoire, Prancis.
Pernikahan dengan Yusaf Rahman s pencipta lagu Minang "Kubang Putiah" yang terkenal itu telah dikaruniai enam
orang anak, yaitu Yosi, Yovi, Yosa, Soni, Sandra, dan Sofi Yuanita, serta
enambelas orang cucu.
Sepanjang
kariernya sebagai seniman tari, Sofyani telah menerima berbagai penghargaan,
seperti; Lifetime Achievement Award pada West Sumatra Tourism Award (2009),
Inspirator Award dari Sushi FM (2009), 63 Tahun Berkarya dari Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) Sumbar (2008). Kemudian sebagai Jasawan
dari Gubernur Sumbar, atas pengabdiannya yang tak henti dalam mengembangkan
kesenian (1997) dan Pengabdian Masyarakat Cemerlang (PMC) dari Yang di-Pertuan
Agong Malaysia (1996).
Sejumlah
orang dan kalangan yang merasa dekat dengan almh menuliskan kabar duka di laman
FB mereka, ditambah dengan kenangan-kenangan lainnya.
Koreografer
Ery Mefri dari Sanggar Tari Nan Jombang Dance mmenyatakan rasa duka yang
mendalam atas berpulangnya Sofyani.
“Kita
kehilangan senior yang hebat, saya banyak belajar dari cara beliau mengelola
sanggar. Amarhumah telah meninggalkan karya yang bagus.
Kegiatannya selama hidupnya, perlu dicontoh. Sepanjang usianya, almarhumah telah mencemplungkan dirinya secara total dalam dunia tari," jelas Ery..
Hal
yang sama juga diungkapkan oleh Andra, pemimpin Impessa Dance Company, ikut
merasa kehilangan dengan kepergian sang maestro.
“Semoga Ibunda, mendapatkan tempat disisi Allah SWT dan keluarga
yang ditinggalkan diberi ketabahan...
Selamat jalan maestro ku....menarilah diatas sana, agar kami
anak cucumu selalu tersenyum bahagia untukmu...
Alfatihah..” tulis Andra di laman FBnya, beberapa saat setelah
menerima kabar duka,.
Berpulangnya Syofiani semakin menambah catatan berkurangnya perempuan Minang yang menjadi koreografer. Sebelumnya adalah Huriah Adam yang meninggal dunia akibat jatuhnya pesawat Merpati 25 November 1971 di Pulau Katang-Katang Pesisir Selatan. Hingga kini jasad Huriah Adam tidak ditemukan. Kemudian Gusmiati Suid, berpulang 28 September 2001 karena sakit.
Dua peneliti tari dari Universitas Negeri Padang, Dra.Desfiarni, M.Hum dan Dra Fuji Asturi M.Hum menyebut Syofayani tampil sebagai koreografer yang selalu mempertimbangkan kefeminiman gadis minangkabau. Karya tarinya kelihatan lembut merupakan perpaduan tradisi minang dengan tradisi melayu.
Syofiani akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Gulai Bancah
Bukittinggi, Sabtu pagi jam 10.00 WIB.-