Notification

×

Iklan

Iklan



Pilihan Rumit Cawapres Prabowo: Cak Imin atau Khofifah?

Senin, 26 September 2022 | 9/26/2022 WIB Last Updated 2024-09-08T10:07:28Z




Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubenur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Foto.dok.MPI

padanginfo.com-
JAKARTA - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto telah menyatakan kesiapannya menjadi calon presiden ( capres ) 2024 dalam Rapimnas Partai Gerindra di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Jumat 12 Agustus 2022. 


Pernyataan Prabowo tersebut disampaikan setelah mendengar aspirasi atau dorongan dari semua kader Partai Gerindra. Partai Gerindra sudah sepakat berkoalisi dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menghadapi Pilpres 2024. Kesepakatan itu ditandai dengan penandatanganan piagam deklarasi oleh Prabowo Subianto dan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin di SICC pada Sabtu 13 Agustus 2022. 


Prabowo merupakan salah satu tokoh yang acapkali masuk papan atas bursa capres 2024 di sejumlah lembaga survei. Misalnya, Prabowo Subianto paling banyak dipilih sebagai Presiden RI periode 2024-2029 berdasarkan survei yang dilakukan Lembaga Survei Nasional (LSN) pada periode 12 - 24 Februari 2022. Sebanyak 21,9% responden memilih Prabowo Subianto.


Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon beberapa hari lalu menilai Prabowo perlu calon wakil presiden (cawapres) yang bisa melengkapi dan menambah elektabilitas. Fadli Zon menyarankan agar calon wakil Prabowo di Pilpres 2024 berlatar belakang sipil dan dari kalangan religius. Lalu, siapa tokoh yang cocok menjadi cawapres pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2024? 


“Dalam menentukan siapa pendamping bagi Prabowo Subianto tentu harus dilakukan dengan cermat oleh Partai Gerindra,” kata Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro kepada SINDOnews, Minggu (25/9/2022).


Menurut Bawono, salah satu yang harus dipertimbangkan adalah melihat hasil Pilpres 2019, provinsi mana saja yang dukungan untuk Prabowo lemah terutama di pulau Jawa sebagai kunci untuk memperoleh kemenangan. “Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan dua provinsi di pulau Jawa yang memiliki dukungan rendah terhadap Prabowo Subianto di pemilu lalu,” tuturnya.


Dia menilai menggandeng PKB sebagai mitra bagi koalisi merupakan langkah strategis baik yang telah diambil oleh Partai Gerindra untuk memperkuat dukungan terhadap Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Dia mengatakan, PKB memiliki basis massa sangat kuat di kedua provinsi tersebut. “Siapa figur bagi pendamping Prabowo Subianto tentu sebagai mitra koalisi PKB mengharapkan ketua umum Cak Imin dipilih sebagai bakal calon wakil presiden. Namun di sisi lain, elite-elite Partai Gerindra terlihat cenderung mengharapkan sosok Khofifah Indar Parawansa sebagai pendamping bagi Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden mendatang,” imbuhnya.


Dia menuturkan bahwa ekspektasi menjodohkan Prabowo Subianto dan Khofifah Indar Parawansa didasarkan pada keinginan dari Partai Gerindra untuk menarget basis pemilih Nahdlatul Ulama (NU) terutama kalangan perempuan.


“Basis ini diharapkan dapat menjadi trade off kekuatan pemilih untuk melakukan antisipasi potensi penurunan dukungan dari kelompok pemilih muslim di pulau Sumatera, Jawa Barat, dan sejumlah provinsi lain dimana pada 2019 menjadi kantong-kantong pemilih muslim bagi Prabowo Subianto,” ungkapnya. 


Selain itu, kata dia, Partai Gerindra sadar betul salah satu faktor kekalahan Prabowo Subianto pada pilpres sebelumnya karena minimnya dukungan di Jawa Timur. “Karena itu, penguasaan Jawa Timur melalui perjodohan Prabowo Subianto dan Khofifah diharapkan bisa menjadi faktor penentu kemenangan tahun 2024 mendatang,” pungkasnya. 


Pengamat Politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin senada dengan pendapat Fadli Zon mengenai cawapres yang cocok menjadi pendamping Prabowo di Pilpres 2024. Ujang mengaku sudah menyampaikan pendapatnya jauh sebelum Fadli Zon mengatakannya.



“Kalau kita bicara siapa sosok cawapres Prabowo yang tepat dan cocok ya meski dikalkulasi dengan matang,” kata Ujang Komarudin. Jika berlatar belakang agamis, Ujang menilai tokoh dari kalangan NU atau Muhammadiyah bisa dipertimbangkan menjadi cawapres pendamping Prabowo.

Namun, tokoh NU atau Muhammadiyah itu harus didukung partai politik (parpol) yang lain. “Kalau NU misalkan ada Cak Imin, ada juga Khofifah yang memang bisa saja bersanding dengan Prabowo atau figur-figur lain,” imbuhnya. 

Dia menjelaskan Cak Imin perlu dipertimbangkan karena sebagai ketua umum PKB dan berlatar belakang NU. “Itu mungkin yang dicari oleh Pak Prabowo. Tapi apakah soal menang atau tidak, kita tidak tahu nanti, karena semuanya kan harus dilihat berapa elektabilitas keduanya dan berapa juga elektabilitas lawan-lawannya,” ujar Ujang.

Sedangkan Khofifah, menurut dia, tidak mewakili PKB. “Kalau PKB kan diwakili Cak Imin. Tarik-menariknya di situ,” ucapnya. 

Dia menilai PKB bisa membatalkan koalisi dengan Gerindra jika bukan Cak Imin yang diputuskan sebagai cawapres pendamping Prabowo. Sebab, dia melihat PKB harga mati mendorong Cak Imin. “Kalau bicara agamis dan sipil, banyak figur di situ. Kita tidak tahu siapa dan mengarah ke siapa, tapi kalau kita lihat tadi figur-figur yang muncul ya seperti itu, dan kita tidak tahu juga apakah ada figur lain yang muncul,” tuturnya. 

Salah satu figur lain, kata dia, adalah Prof Jimly Asshiddiqie. “Dia kan sipil, dia juga tokoh agama, mantan ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) bisa saja menjadi cawapres, levelnya bahkan capres. Mungkin juga ada tokoh lain karena ini masih berproses, masih dinamis, masih cair, semua segala kemungkinan masih bisa terjadi ke depan,” pungkasnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo menilai cawapres yang cocok harus lebih muda usianya dari Prabowo Subianto. “Kedua, harus dari partai besar juga yang punya kursi di parlemen untuk mengamankan pemerintahan Pak Prabowo nanti,” kata Kunto. Menurut dia, elektabilitas cawapres tidak terlalu banyak membantu, sebab masyarakat cenderung menggunakan hak pilih karena sosok capres. “Kemudian, asal cawapres tidak bertentangan dengan ide dari Pak Prabowo,” pungkasnya. (sindonews.com)




×
Berita Terbaru Update