Peneliti dari Lembaga Survei Indonesia (LSI Denny JA tengah memaparkan hasil survei parpol. Foto.Istimewa/Dok.Humas
padanginfo.com-JAKARTA - Dunia perpolitikan di Tanah Air kerap
memberikan kejutan tersendiri. Salah satunya diberikan partai-partai baru yang
dalam sejarah bisa berubah jadi partai besar, bahkan pemenang pemilu jika
mengusung capres yang sangat populer.
Peneliti LSI Denny JA, Ardian Sopa mengatakan, kontestasi
Pemilu 2024 memang akan diwarnai partai-partai baru. Dari 18 parpol peserta yang
dinyatakan lolos KPU, ada tiga yang lahir sebelum reformasi yaitu PDIP, Partai
Golkar dan PPP.
Analisis PDIP akan Cetak Hattrick di Pemilu Jika Usung
Capres Populer PKS dan Golkar Sepakat Jaga Kekondusifan Jelang Pemilu Golkar
dan PKS Pastikan Kawal Pemilu 2024 Terlaksana Sesuai Jadwal
Kemudian, partai yang lahir setelah reformasi ada PKB,
Partai Gerindra, Partai Nasdem, PKS, Partai Hanura, Partai Demokrat, PBB, PSI,
Perindo, Partai Buruh dan Partai Garuda. Bagi Partai Gelora, PKN dan Partai Ummat
ini jadi pemilu pertama.
Namun, elektabilitas sebagian besar partai-partai baru ini
memang belum aman, masih jauh di bawah parliamentary threshold. Bahkan, masih
banyak yang nol koma seperti PSI, Partai Garuda, Partai Ummat, Partai Buruh,
Partai Gelora dan PKN.
Kesimpulannya, partai besar (PDIP, Golkar Gerindra)
bertarung memenangkan pileg, partai menengah (PKB, Demokrat, PKS, Nasdem)
berusaha menaikkan elektabilitas karena sudah aman. Lalu, partai kecil berusaha
melewati parliamentary threshold.
"Namun, ada sejarah sukses dari partai-partai baru.
Contohnya, Partai Demokrat yang 2004 masuk parlemen dengan dukungan 7,45
persen, pada pemilu kedua 2009 Partai Demokrat jadi partai terbesar dengan
dukungan 20,4 persen," kata Ardian, Selasa (7/2/2023).
Ardian berpendapat, partai-partai baru ini masih bisa
menjulang tinggi jika mendukung capres-capres paling populer. Kasus Partai
Demokrat, mereka hanya membutuhkan dua periode pemilu untuk ke luar sebagai
pemenang mengusung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Sejarah serupa dicatatkan Partai Gerindra yang sebenarnya
baru lahir setelah reformasi. Hari ini, Partai Gerindra bisa masuk kategori
partai besar dengan elektabilitas di atas 10 persen, bahkan menjadi partai
besar pada pemilu sebelumnya.
"Jika punya capres yang juga populer, kasus Partai
Gerindra dengan Pak Prabowo," ujar Ardian.
Ardian berpendapat, memiliki capres yang paling populer atau
nomor dua populer merupakan jalan tol membuat partai itu menjadi besar. Jadi,
partai-partai baru ini tetap memiliki peluang menjadi partai besar jika
memiliki strategi tepat.
Salah satunya ikut menjadi pendukung capres-capres yang
sangat populer atau nomor dua paling populer. Kasus Partai Demokrat dengan
Susilo Bambang Yudhoyono dan Partai Gerindra dengan Prabowo Subianto bisa
menjadi pelajaran positif.
"Kita tidak tahu apakah akan terjadi di partai-partai
lain, kita tunggu waktu," kata Ardian. (republika.co.id)