Penyair Thailand Rossanee Nurfarida
padanginfo.com-PAYAKUMBUH-Rossanee
Nurfarida ialah salah satu penyair Asia Tenggara yang bakal hadir di Payakumbuh
Poetry Festival (PPF) 2023, 4-7 Oktober mendatang. Penyair perempuan dengan
sederet prestasi dan penghargaan ini dikenal kerap ‘mengubah’ puisi-puisinya
menjadi tampilan audio-visual.
Sebagai perempuan
muslim berkebangsaan Thailand yang tumbuh besar di Negara dengan warga mayoritas
penganut Budha, ia memiliki kepekaan akan kondisi sosial politik di Asia
Tenggara dan belahan dunia lain. Diskriminasi dan kekerasan terhadap minoritas
muslim di Rohingya, Nyanmar, adalah salah satunya.
Dalam
wawancara dengan situs Oaxley.com Rossanee mengatakan puisi-puisinya antara
lain merespon kekerasan berbasis agama dan etnik seperti yang dialami
orang-orang Rohingya di Nyanmar, dan siapa saja di belahan dunia lainnya yang
terusir dari kampung halamannya.
Rossanee
sengaja menambahkan nama belakangan ‘Nurfarida’ di nama penanya. Nama belakang
Islam itu dipakainya untuk menggantikan nama belakang aslinya, Kaesaman. Ia
juga kerap mendorong kebebesan berekspresi perempuan-perempuan di Thailand, termasuk
penggunanaan hijab di kalangan perempuan muslim.
Di samping
minoritas secara agama, Rossanee juga minoritas secara gender. Ia mesti
‘bersaing’ dalam dunia kesusastraan Thailand yang maskulin dan dipenuhi penyair
laki-laki. Namun Rossane menapaki jalannya sebagai penyair bukan hanya bermodal
belas kasih publik. Ia juga ‘memberontak’ terhadap gaya puisi lama Thailand
yang biasanya dijadikan pakem para penyair laki-laki dengan menghadirkan gaya
puisi yang lebih baru.
Buku puisi pertamanya berjudul Far Away from ours Own Home masuk
ke dalam shortlist South East Asian Writers Awards (S.E.A. Write)—penghargaan
berprestise di Asia Tenggara. Buku itu juga telah diadaptasi menjadi
pertunjukan teater dan telah diterjemahkan dalam beberapa bahasa, seperti
bahasa Prancis.
Salah satu puisi di dalam buku tersebut, ‘Lost in Homeland’ digubah
menjadi puisi-visual dan ditampilkan dalam Juteback Poetry Film Festival,
Bangkok Underground Film Festival. Pada 2019, ia mewakili Thailand dalam
ajang puisi Internasional ‘The
3rd International Poetry Festival’, di Vietnam—ajang
internasional yang juga mengakomodir perkembanngan puisi-visual.
Rossanee akan hadir di PPF 2023 sebagai salah satu
pembicara dalam sesi diskusi bertajuk ‘Puisi Berpilin Tiga’. Seperti dikutip
dari akun Instagram resmi PPF2023 @payakumbuh.poetryfest, di diskusi tersebut
ia akan berbicara soal puisi, kemanusiaan, dan seni vidio.
Bersama Rossanee, akan turut hadir Ng Yi-Sheng penyair dari Singapura dan Tulayan
penyair dari Filipina. Dua penyair tersebut juga dikenal karena kerap
mempertautkan karya puisi dengan seni rupa, pertunjukan, dan film.
Perkembangan terkini dunia kesusastraan Asia Tenggara, khususnya puisi,
memang menjadi salah satu topik yang diperhatikan oleh PPF. Pada tahun sebelumnya, PPF juga mengundang
sastrawan Asia Tenggara. Mereka adalah Dr. Michael
M.Coroza, penulis peraih S.E.A Award 2017 dari Ateneo De Manila University,
Philipina; Nik Abdul Rakib Bin Nik Hassan dari Songkla University, Thailand;
serta penyair Ali Bao dari Vietnam.
Penyair
dari Vietnam, Thailand, dan Filipina kala itu datang ke Payakumbuh untuk
membahas kondisi negara masing-masing, baik kondisi yang mendukung pengembangan
sastra atau kondisi yang menghambatnya. (*/ak)