padanginfo.com-PAYAKUMBUH- Puisi, seni audio visual, dan seni
pertunjukan, akan saling temu di Payakumbuh Poetry Festival (PPF) 2023.
Mengusung tema “Puisi Tumbuh, Bentuk Berganti” PPF 2023 berupaya mengakomodir
perkembangan penulisan sastra hari ini (puisi tumbuh) sekaligus kerja
kreatif yang dilakukan seniman lintas disiplin dalam melakukan transformasi
dari sastra ke medium seni lain (bentuk berganti).
Karena itu, jelas Iyut Fitra, Kurator PPF 2023, “Dalam PPF tahun
ini tak hanya ada agenda yang berkaitan dengan perkembangan puisi Indonesia,
tetapi juga menghadirkan seniman lintas disiplin yang menyertakan puisi sebagai
dasar penciptaan karyanya.”
Pianis dan komposer Ananda Sukarlan
dan sutradara serta penulis skenario Salman Aristo didapuk sebagai pembicara
dalam diskusi yang juga bertajuk ‘Puisi Tumbuh, Bentuk Berganti’. Mereka akan
membahas pengalamannya dalam menciptakan karya di bidang seni yang ditekuninya
berdasarkan teks-teks sastra.
Ananda sendiri banyak menciptakan
musik yang berangkat dari interpretasinya atas puisi-puisi penyair Indonesia
dan dunia. Seperti Sapardi Joko Damono, Rendra, hingga Shakespeare. Termasuk
pada penyair Sumbar, misalnya penyair Heru Joni Putra.
Sementara Salam Aristo kerap
mengangkat teks sastra sebagai bahan penciptaan karyanya. Sebut saja film Bumi
Manusia yang skenarionya ditulis oleh Salman berangkat dari novel Bumi
Manusia karya Pramoedya Ananda Toer.
Dengan komposisi pembicara dengan latar belakang seni yang
berbeda, masih mengutip Iyut, “kita tak hanya merayakan puisi tetapi juga seni
lain yang turut memperluaskan cara kita dalam memperlakukan puisi.” Termasuk
bagiamana puisi bertumbuh dan terus berkembang di Asia Tenggara.
Penyair dari Singapura, Thailand, dan Filipina, pun dilibatkan
untuk berbagi pikiran terkait topik tersebut. Mereka adalah Ng Yi-Seng Rossanee
Nurfarida, serta Anne Tulay. Ketiganya dikenal dengan karya-karya yang berupaya
mentransformasi sastra ke medium seni lainnya.
Ng Yi-Seng yang tertarik dan ‘performance poetry’, yang
berkolaborasi dengan beberapa kelompok teater untuk menciptakan lakon yang
berangkat dari puisi di Singapura; RossaneE Nurfarida, penyair perempuan asal
Thailand yang juga mencoba memvisualisasikan puisi-puisinya; serta Anne Tulay,
salah satu seniman Puisi Visual dari Filipina yang menggabungkan puisi dengan
seni lukis.
Ketiganya akan berpartisipasi sebagai pembicara dalam diskusi
bertajuk ‘Puisi Berpilin Tiga.” Diskusi yang dirancang sebagai ajang tukar
pikir mengenai perkembangan Puisi Visual dan perkembangan Performance Art dalam
konteks Asia Tenggara dan Indonesia.
Sayembara, Diskusi Buku, dan Perjumpaan dengan Pelajar
Festival puisi tahunan ini akan
digelar di Payakumbuh, Sumatera Barat, 4-7 Oktober 2023. Selain diskusi-diskusi
diatas, PPF 2023 juga punya sederet agenda lain.
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, PPF 2023 juga mengadakan
Sayembara Penulisan Puisi. Kali ini temanya Distopia. Dewan juri telah memilih
5 terbaik peserta sayembara, tanpa pemeringkatan. Bersama 5 terbaik, juga
dipilih 50 puisi pilihan. Semua puisi yang terpilih, dibukukan dengan
judul Distopia: Antologi Pemenang Sayembara Puisi Payakumbuh Poetry Festival
2023.
Dewan Juri Damhuri Muhammad, Kiky Sulastyo, dan Inggit Putria
Marga, akan membacakan pertanggungjawaban penjurian mereka di sesi diskusi
khusus membahas antologi tersebut. Mulai dari bagaimana para pemenang merespon
tema Distopia, persoalan melakukan respon atas tema, hingga capaian-capaian
estetik tertentu.
Distopia diusung oleh PPF 2023 dengan harapan dapat menemukan
berbagai ekspresi sastra dari penyair Indonesia perihal dunia yang
luluh-lantak. “Yang luluh lantak itu bisa saja berupa dunia yang secara
total tak lagi mengandung segala yang kita anggap ideal. Bisa juga, dunia yang
sudah berada di titik paling ekstrim dari persoalan-persoalan pelik hari ini,
seperti iklim dan lingkungan misalnya,” masih mengutip Iyut Fitra.
“Tema distopia sudah dieksplorasi dengan berbagai cara dalam
penulisan prosa, khususnya yang bergenre fiksi sains (science fiction).
Namun begitu, PPF mencoba menawarkan kepada penyair Indonesia untuk
mengeksplorasi tema menarik ini dan memberikan konteks yang sesuai dengan minat
masing-masing penyair,” tambahnya.
Tahun ini PPF menjalankan program baru yaitu Buku Puisi Pilihan
PPF 2023. Dua buku puisi yang terbit dalam rentang 3 tahun terakhir, satu dari
Sumbar dan satunya dari luar Sumbar, didapuk sebagai dua buku pilihan yaitu
“Malala” (Penerbit Buku Kompas, 2023) karya Indra Intisa dari Dharmasraya, dan
“Bertemu Belalang” (Penerbit JBS 2022) karya Gody Usnat. Buku-buku tersebut
akan dibahas dan didiskusikan bersama Kiky Sulistyo dan Inggit Putria Marga
dalam ‘Diskusi Buku Puisi Pilihan PPF 2023’.
Di samping itu, sama seperti tahun sebelumnya, melibatkan pelajar
dalam kegiatan-kegiatannya. Pada PPF tahun ini, para pemenang Sayembara
Penulisan Puisi: Distopia akan mendatangi langsung beberapa sekolah di
Payakumbuh dan Limapuluh Kota. Mereka akan berjumpa dengan pelajar untuk
berbagi pengalaman terkait aktivitas di dunia sastra serta proses kreatif masing-masing.
Lebih jauh, para pelajar juga disediakan ruang khusus untuk berkompetisi dalam
Sayembara Penulisan Puisi Pelajar Sumatera Barat Payakumbuh Poetry Festival
2023.
“Makin mendekatkan pelajar dengan sastrawan dan sastra itu
sendiri, memang jadi salah satu perhatian kita selama ini, dan di
masa-masa akan datang juga,” jelas Roby Satria, Direktur PPF 2023.
Musik Sastra, Puisi Visual, dan Pertunjukan Baca Puisi
Eksperimental
Ananda Sukarlan tidak hanya akan menjadi pembicara di PPF 2023. Ia
juga akan menggelar konser mini. Dalam konser tersebut, Ananda akan memainkan
apa yang bisa disebut ‘musik sastra’. Karya musik yang akan ditampilkannya
merupakan tafsir atas puisi-puisi penyair, terutama penyair Sumbar seperti Heru
Joni Putra, Riri Satria dan Muhammad Subhan.
“Ini bukan musikalisasi puisi, tapi esensi puisi yang dituangkan
ke dalam musik,” kata Ananda dalam wawancara dengan media terkait konser yang
bakal digelarnya bersama mahasiswa vokal klasik ISI Padang Panjang: Sonya Mavi
Ola, Reza Reswati Tambunan dan Umar Batubara.
Pertunjukan Puisi Visual juga menjadi salah satu suguhan di PPF
2023. Empat terbaik peserta Sayembara Puisi Visual PPF 2023, akan akan
ditampilkan karyanya. Seperti dikatakan tim dewan juri sayembara, mereka
adalah anak muda yang memiliki kecenderungan visual yang kuat, yang di masa
depan bisa menghasilkan karya-karya puisi-visual yang lebih ‘gila’, sebagai
cara baru memahami puisi.
Pertunjukan lain yang akan digelar di
PPF 2023 ialah Rantak Puisi. Ini adalah pertunjukan baca puisi eksperimental
yang berbeda dari lomba baca puisi umumnya, lebih pada adaptasi Slam Poetry.
Para performance diberi kelonggaran untuk tampil sesuai kecenderungan ekspresif
masing-masing serta diberi kelonggaran untuk memanfaatkan ruang secara
bebas dan kreatif di sekitar arena PPF 2023.
Di penghujung festival, para tamu dan
peserta bakal diajak berwisata sastra. Wisata Sastra ini merupakan salah satu
agenda baru di PPF 2023, yakni kunjungan bersama-sama menikmati lokasi alam
pilihan di Luhak Limo Puluah (Kota Payakumbuh dan Kab. 50 Kota), kawasan
bersejarah, dan kuliner khas Payakumbuh. (*/ak)