Minggu malam ini ICHF 2023, Tampilkan Dondang Sayang dari Malaysia Hingga Tari Kancer Lasan Suku Dayak Kenyah. Foto.uch.unesco.org
padanginfo.com-PAYAKUMBUH- Intangible Cultural
Heritage Festival (ICHF) Payakumbuh 2023, Minggu 15 Oktober 2023, di Agamjua Art and
Culture Cafe akan tampilkan kesenian Dondang Sayang dari Malaysia.
Sementara Malaysia akan menghadirkan
Dondang Sayang. Kesenian ini dipercaya telah muncul dan berkembang di Melaka
pada masa Kesultanan Melayu Melaka di abad 15. Memadukan permainan musik
tradisional Melayu untuk meningkahi saling balas pantun di antara pemainnya.
Pantun sendiri telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia Malaysia
dan Indonesia pada 2020.
Suku Dayak Kenyah dari Kalimantan
Timur punya Tarian Kancet Lasan. Ini adalah tariannya perempuan Dayak Kenyah
yang dimainkan secara tunggal. Terinspirasi oleh kehidupan burung enggang, yang
dalam tradisi setempat, dimuliakan sebagai simbol keagungan dan kepahlawanan.
Tarian Kencet Lasan akan ikut meramaikan malam keempat ICHF 2023 nanti.
Selain penampilan dari Malaysia dan
Kalimantan, beberapa WBTb Indonesia yang lahir dari sejarah dan kisah yang
menarik dari Sumbar juga akan ditampilkan.
Ada Tari Baronde yang berasal dari
tradisi perayaan masa tanam padi di Nagari Gunuang, Kota Padang Panjang. Karena
ditujukan untuk perayaan, tari penuh dengan gerak suka ria, diiringi dendangan
berisi gurau canda.
Juga
Tari Indang Tigo Sandiang dari Padang Pariaman. Ini adalah pertunjukan tradisi
lisan dengan iringan gendang khusus yang disebut Rapa’i. Indang sendiri
memang berarti dendangan.
Dimain
oleh puluhan orang, Indang Sandiang Tigo mendendangkan syair-syairnya bersumber
dari Al-Quran, riwayat Nabi Muhammad, riwayat Syekh, serta teks nan
duopuluah—sebuah kajian mengenai sifat-sifat Allah.
Dari Sijunjuang akan tampil Tari
Tanduak. Tari ini konon lahir bersamaan dengan berdirinya Nagari Lubuak Tarok
sekira 8 abad yang silam. Isinya mengenai peristiwa adu kerbau di masa lalu
antara masyarakat Pulau Paco dan utusan dari Majopahit.
Dua penari utama Tari Tanduak, tampil
memakai tanduk. Tanduk itu akan mereka adu layaknya kerbau bertarung, namun
dalam gerak silek yang cekatan dan apik. Tari ini telah ditetapkan
sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia sejak 2016 lalu.
Malam sebelumnya, Sabtu 14 Oktober
2023, sejumlah pertunjukan telah tampil dan mendapat sambutan hangat dari
pengunjung.
Ada pertunjukan Kalaripayattu seni
bela diri tertua di India dan Tari Saman dari Aceh yang telah ditetapkan
sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia UNESCO.
Tampil pula Dikia Pano, kesenian
rakyat dari Pasaman yang konon sudah dimainkan semenjak jaman paderi. Kesenian
adalah gabungan antara permainan gendang dan kelihaian berpantun.
Juga
dipertunjukkan Tari Toga, yang disebut juga Tari Larangan, tarian kuno Kerajaan
Siguntur, yang konon sudah dimainkan semenjak masa Hindu-Budha. Tari yang
awalnya hanya boleh ditampilkan dalam acara-acara resmi kerajaan, sempat
hampir punah, ditampilkan untuk umum sebagai atraksi ICHF 2023 semalam.
Tari Toga sendiri ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia
pada 2014 lalu.
Salah
satu tujuan ICHF 2023 memang untuk mengaktivasi serta mengenalkan kepada
masyarakat luas WBTb Indonesia dan WTB Dunia dari Sumbar dan Indonesia.
Di samping itu gelaran ini juga
bertujuan untuk menciptakan ruang jumpa antara WBTb Dunia dari berbagai
negara.
“Agar para pemilik WBTb Dunia bisa
bertemu dan berinteraksi langsung, terjadi pertukaran pengetahuan dan budaya.
Dari ini kita kita juga berharap muncul kesadaran bersama untuk mengaktivasi
warisan-warisan tersebut secara kolaboratif.” Kata Donny Eros kurator
festival.
Lebih jauh festival budaya
internasional yang diikuti 5 negara ini, merupakan bagian dari upaya Dinas
Kebudayaan Sumbar dan bekerjasama dengan Ketua DPRD Supardi untuk mendorong
ekosistem pariwisata berbasis budaya di Payakumbuh.
“Impian saya kedepannya adalah
bagaimana Payakumbuh menjadi kota yang penuh pendar cahaya festival,” paparnya
pada malam pembukaan ICHF, Kamis 12 Oktober lalu.
Untuk menuju ke arah itu, lanjutnya,
segenap pihak terkait mesti terus menekankan
pentingnya posisi budaya dan
pariwisata bagi Payakumbuh dan Sumbar. (*)