Masihkah puisi menjadi sesuatu yang menarik ketika kerja-kerja kreatif seorang penyair dalam sekejap dapat diambil alih oleh mesin?
Pengamat Teknologi dan Transformasi Digital, Riri Satria, menjawab pertanyaan itu tegas bahwa penyair harus membuka ruang-ruang kreativitas baru yang merupakan keunggulan manusia yang tak pernah bisa tergantikan oleh mesin.
“Mesinlah nanti yang akan belajar kepada para penyair seperti halnya GPT-2 yang belajar kepada puisi karya Robert Frost, Emily Dickinson, serta Whitman. Inilah pentingnya memaksimalkan HOTS (Hight Order Thingking Skills). Namun, untuk para penyair yang tidak mampu memaksimalkan HOTS dan merasa sudah nyaman dengan HOTS, maka lama kelamaan posisinya akan digantikan oleh mesin yang bernama AI (artificial intelligence),” ujar Riri Satria saat memberikan Orasi Budaya bertajuk “Dunia Perpuisian di Era Kecerdasan Buatan: Tantangan Masa Depan Penyair dan Apa yang Harus Dilakukan?” pada Peringatan 88 Tahun Sastrawan Indonesia asal Sumatra Barat, “Papa” Rusli Marzuki Saria, Selasa (27/2/2024), di Hotel Daima, Jalan Sudirman, Kota Padang.
Orasi itu disampaikan Riri Satria dalam rangka memenuhi undangan Komunitas Pemerhati Sumbar (KAPAS) dan Himpunan Media Sumbar (HAMAS) yang merayakan ulang tahun “Papa” Rusli Marzuki Saria sebagai sastrawan sepuh yang karya-karyanya mendapatkan sejumlah penghargaan bergengsi, salah satunya SEA Write Award 2017 dari Kerajaan Thailand.
Ketua KAPAS dan HAMAS Isa Kurniawan mengatakan, peringatan 88 tahun usia Rusli Marzuki Saria adalah untuk memberi penghormatan terhadap tokoh multi profesi ini. Acara bertajuk "Sembilu Darah", mengutip judul buku kumpilsn puisi papa.
Isa menyebut, sedari muda papa Rusli telah mengarungi berbagai profesi. Pernah menjadi brimob, anggota DPRD, wartawan dan budayawan.
"Karena itu kita perlu memberi penghormatan terhadap perjalanan usia Puspa," kata Isa.
Sejumlah tokoh hadir dalam peringatan 88 tahun papa Rusli Marzuki Saria. Di antaranya Buya Mas'ud Abidin Al Jabbar (89 tahun) yang menyebut papa Rusli sahabat seperjuangan sejak muda masa PRRI, Ketua Komisi Informasi Sumbar Musfi Yendra, Ketua Pusat Studi Humaniora (PSH) Unand DR. Harry Efendi Iskandar, mantan Ketua KPU M.Mufti Syarfie yang juga wartawan senior di Harian Haluan dulunya, seniman Sastri Bakrie, Syarifuddin Arifin, Fauzul El Nurca dan lainnya yang juga ikut membacakan puisi papa.
Ikut juga memberi sambutan secara virtual budayawan Khairul Jasmi. (in/ak)
.