Notification

×

Iklan

Iklan



Stereotipe Budaya Matriarki di Era Globalisasi

Selasa, 16 April 2024 | 4/16/2024 WIB Last Updated 2024-04-16T06:06:53Z




Najwa Khansa Azzahra

Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Andalas


Jika kita memikirkan tentang suatu budaya, pasti beberapa dari kita akan mengarah pada budaya patriarki. Memang, budaya dimana sistem sosial budaya didominasi oleh laki-laki ini sudah cukup terkenal karena hampir seluruh dari kita menerapkannya hingga kita tidak sadar bahwa selain dari itu ada budaya yang menerapkan sebaliknya, atau kita sebut dengan budaya matriarki.


Stereotipe orang-orang mengenai suatu gender bisa saja membuat mereka langsung menutup mata dan tidak tahu-menahu tentang sisi lain yang dimiliki oleh suatu gender tersebut. atau bisa dicontohkan dari yang kita bahas sekarang, budaya matriarki yang sebenarnya cukup menarik dibahas, apalagi di era globalisasi Dimana ini merupakan era terbuka untuk kita bertukar pikiran.


Masyarakat yang menganut budaya matriarki beranggapan bahwa kekuasaan harus dibagi dengan adil antara laki-laki dan Perempuan, berbeda dari budaya patriarki yang tentunya ditentang oleh budaya ini. Maka artinya penerapan budaya ini merupakan hasil dari negosiasi kekuasaan antara dua gender. Kita bahkan juga bisa melihat penerapan budaya ini dalam suatu suku seperti yang terdekat yaitu budaya Minangkabau, Bribri dari Kosta Rika, hingga Nagovisi di Papua Nugini, loh!


Jika dikaitkan dengan era saat ini dimana kita tahu bahwa kita mengalami evolusi yang begitu pesat termasuk pada jejaring informasi, semestinya kita paham betul tentang bagaimana suatu media yang kita gunakan untuk saling bertukar informasi dapat membuat opini seseorang dapat mempengaruhi pandangan khalayak tentang suatu budaya. Termasuk pada budaya matriarki yang masih terdengar asing bagi kita. 


Pada umumnya, kita mesti tahu bahwa adanya pengenalan suatu budaya kepada khalayak akan membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang eksistensi budaya itu. Ini juga termasuk dari budaya matriarki yang tentunya akan membuka ruang untuk beropini hingga perdebatan. Maka tak heran bahwasannya hal seperti ini bisa saja mengarah pada stereotip dan misinformasi yang tentunya akan berpengaruh pada prasangka mereka pada suatu golongan, terutama Perempuan. Terlebih lagi, istilah dominasi oleh suatu gender memberikan tantangan yang cukup berat  dan sensitif. 


Maka dari itu, kita tentunya juga sudah mengetahui bahwa isu-isu yang terdengar sensitif untuk dibahas tentunya perlu diperhatikan.


×
Berita Terbaru Update