Notification

×

Iklan

Iklan



Hargianto Himpun Aspirasi dan Permasalahan Warga Agam

Sabtu, 06 Juli 2024 | 7/06/2024 WIB Last Updated 2024-09-08T07:21:21Z

padanginfo.com - AGAM - Kalangan petani dan peternak di Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam, mengeluhkan sulitnya mendapatkan bahan bakar untuk peralatan mesin pertanian. Sementara peternak sapi dan kerbau mengaku kapok karena selalu dipermainkan harga jual oleh toke.

Hal itu diungkapkan sejumlah petani kepada Laksma TNI (Purn) Hargianto, bakal calon Bupati Kabupaten Agam, yang turun menyerap aspirasi dan permasalahan yang dihadapi warga. Pada Jumat (5/7/2024), Hargianto berjumpa dengan belasan warga di Jorong Pasanehan, Nagari Lasi, Canduang.

Para petani mengaku berbagai kesulitan kini mereka alami. Mulai dari kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak, harga pupuk yang tinggi serta irigasi yang lancar. Para petani mengaku dalam posisi terjepit dan sulit. Dalam kondisi demikian, perhatian dari pemerintah pun minim.

"Kini peralatan mesin banyak dan bisa dipakai. Tapi kesulitan mendapatkan minyak. Banyak betul aturannya ketika beli minyak di SPBU. Mesti bawa surat ini, surat itu, foto dan nomor mesin peralatan," sebut Saf Pakiah, salah seorang ketua kelompk tani.

Akibatnya, para petani tidak bisa mempergunakan peralatan mesin tersebut. "Tentu terpaksa bertani dengan cara lama lagi. Mesin banyak tapi nganggur," ungkap mereka.

Diungkap warga lainnya, disamping sulit mendapatkannya kini harga pupuk mencekik leher. Harga HET yang ditetapkan pemerintah, malah diabaikan sama sekali. "HET ditetapkan 110 ribu rupiah. Tapi harga jual pada ke kelompk tani 130 ribu rupiah Dan harga sampai dipetani sampai 150 ribu rupiah," tutur petani lainnya.

Karena pupuk sangat diperlukan, jelas warga, tidak ada pilihan. Mereka terpaksa membeli dengan harga tinggi. Dampaknya, mereka pontang-panting mencari uang. Saat panen tentu hasil yang didapatkan akan berkurang.

Para petani mengaku kesulitan itu makin menjepit mereka beberapa tahun belakangan. Hal mana yang tidak mereka alami tahun-tahun sebelumnya.

"Kami kini seperti bika yang lagi dimasak. Di atas api dibawah bara. Tidak ada tempat mengadu. Terpaksa ditahan panas derita itu sendiri," tuturnya.

Kesulitan yang sama juga dialami warga yang mengusahakan peternakan sapi dan kerbau. Mereka berhadapan dengan toke pembeli ternak yang kerap kali mempermainkan harga ketika hendak menjual.

"Mereka menekan harga yang membuat kita tidak mendapatkan apa-apa. Bayangkan, kita beli 10 juta, pelihara dua tahun, lalu mereka beli 12 juta. Jadi, kita dapat apa?" ujar seorang peternak dengan nada tanya.

Dulu, sebut mereka, di Kenagarian Lasi hampir setiap rumah memelihara sapi atau kerbau. Paling tidak setiap keluarga punya 1 atau 2 ekor sapi atau kerbau.

"Total jumlahnya lebih seribu ekor. Tapi kini satu jorong hanya ada 2 atau 3 sapi. Warga tidak mau lagi memelihara sapi atau kerbau," kata mereka.

Dalam pertemuan dua jam lebih itu, Hargianto mengaku mendapat masukan penting dari warga yang menjadi perhatiannya bila diberi kesempatan menjadi orang nomor satu di Kabupaten Agam.

"Permasalahan yang disampaikan akan menjadi perhatian dan bahasan. Mudah-mudahan saya diberi kesempatan untuk menyelesaikannya," ujar mantan Danlantamal Teluk Bayur itu.(mn)



×
Berita Terbaru Update