Oleh: Irsyad Syafar
Wakil Ketua DPRD Sumbar
Bagi ibu Nabi Musa, hidupnya bayi mungil Musa itulah kebaikan yang sangat diinginkannya. Walaupun hanya di rumah sederhananya. Sedangkan melemparkan si bayi ke sungai nil, itu adalah keburukan yang tidak diinginkannya. Tapi, ternyata dilempar ke sungai nil itulah yang membuat bayi Musa masuk istana dan hidup atas biaya istana.
Undang-undang Firaun yang menghukum mati semua bayi laki-laki ketika itu adalah sebuah keburukan dan kekejaman. Semua ibu hamil ketika itu terpaksa pergi jauh dan bersembunyi dari pantauan Firaun dan bala tentaranya. Tapi ternyata bayi Musa jadi selamat dan hidup di dalam istana Firaun. Sehari-hari Musa mungil bersama beliau sampai usia dewasanya.
Menjadi anak yang dicintai oleh ayah dan ibunya, itu adalah sebuah kebaikan bagi Yusuf kecil. Dan itulah perasaan semua anak terhadap orang tuanya. Tapi ternyata terlalu cinta itu menyebabkan keburukan. Yaitu cemburunya para "abangnya" atas sikap ayah mereka itu. Akibatnya mereka semua bersekongkol untuk membunuh atau menghabisi sang adik istimewa ini.
Masuk dan dicemplungkan ke dalam sebuah sumur dengan maksud "membunuh", itu adalah sebuah keburukan yang menimpa Yusuf. Sehingga kemudian ia pun menjadi budak yang diperjualbelikan di pasar budak. Akan tetapi status jadi budak dan orang yang terbuang itu, rupanya menjadi penyebab Yusuf masuk ke istana penguasa Mesir. Dan masuk istana itu merupakan kebaikan (rezeki nomplok) bagi Yusuf. Namun ternyata, hidup di istana itu menjadi penyebab Yusuf masuk penjara. Sebab, ia kemudian tertuduh melakukan "pelecehan" terhadap istri sang penguasa.
Menjadi pesakitan dalam penjara adalah sebuah keburukan bagi Yusuf. Bertahun-tahun ia terkurung disana. Akan tetapi itu menjadi penyebab ia kembali masuk istana secara terhormat. Bahkan ia mendapat kepercayaan dari sang raja (yang masih kafir) menjadi menteri perencanaan nasional merangkap menteri keuangan dan sumber daya negara. Itu berkat kepiawaiannya mentakwilkan mimpi sang raja.
Terusir ketika berdakwah dan hijrah ke Thaif, serta direndahkan disana, adalah sebuah keburukan yang telah menimpa Rasulullah Saw. Sementara kota Makkah sudah tidak kondusif lagi untuk dimasuki kembali. Tetapi, dengan mendapatkan perlindungan dari seorang kafir Quraisy (Muth'im bin 'Ady) justru Rasulullah Saw bisa masuk kembali ke kota Makkah dengan aman dan tenang. Malah dapat pula thawaf mengelilingi Ka'bah tanpa gangguan sama sekali dari kafir Quraisy.
Banyaknya pasukan Rasulullah Saw setelah kemenangan menaklukkan kota Makkah, adalah sebuah kebaikan. Bahkan ribuan penduduk Makkah masuk Islam secara sukarela. Tapi kekuatan pasukan yang besar itu, yang totalnya mencapai 12 ribu prajurit, rupanya hal itu mendatangkan keburukan. Mereka merasa besar dan kuat, akibatnya menjadi sombong dan yakin menang. Ternyata saat menyerang Hunain, mereka menjadi kocar-kacir. Mayoritas pasukan pontang-panting akibat serangan mendadak kafir Hunain.
Dalam perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah Saw dan para sahabat batal melaksanakan umrah. Padahal mereka sudah jauh-jauh berjalan dari Madinah lengkap dengan perangkat ibadah umrah mereka. Pembatalan itu sangat tidak disenangi oleh kebanyakan sahabat. Apalagi Rasulullah Saw sudah melihat dalam mimpinya bahwa Beliau thawaf dan mencium hajar aswad. Namun ternyata, berdamai dengan kafir Quraisy itu membuat Rasulullah menjadi leluasa berdakwah di sekitar jazirah. Beliau bisa mendakwahi raja-raja sekitar jazirah Arab untuk masuk Islam.
Begitulah kehidupan yang kita lalui di dunia ini. Ia akan beredar antara kebaikan dan keburukan. Semuanya harus disikapi dengan sabar, kepala dingin dan pikiran yang jernih. Tidak bisa disikapi hitam dan putih saja. Bisa jadi sesuatu kita senangi, ternyata buruk bagi kita. Atau sebaliknya, ada sesuatu yang kita benci, ternyata itu adalah kebaikan bagi kita. Allah Swt lebih tahu, kita tidak banyak tahu.
وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS Albaqarah: 216).
Wallahu A'laa wa A'lam.