Oleh: Irsyad Syafar
Anggota DPRD Sumbar
padanginfo.com- Saya lihat film dokumenter atau photo-photo jadul Sumbar di tahun 1930an, saya temukan bahwa ibu-ibu/emak-emak (kaum muslimah) umumnya pakai baju kurung putih kalau keluar rumah (ke pasar dan lain-lain), dan memakai penutup kepala berwarna putih atau semisalnya (tangkuluak).
Ada video atau photo di pasar atas, pasar lereng kota Bukittinggi, atau video zaman Belanda yang memperlihatkan kaum muslimah keluar dari rumah gadang mereka rata-rata berhijab. Itu artinya, dahulu muslimah Sumbar sudah terbiasa menutup aurat dan menjadi karakter yang mendarah daging dalam diri mereka.
Tidak tahu entah kapan mulainya, ketika saya SD di tahun 1970an akhir dan MTsN di tahun 1980an, maka yang saya temui dan saya lihat, tidak ada satupun ibu guru SD saya yang berjilbab. Bahkan mayoritas memakai baju lengan pendek dan rok di bawah lutut sedikit. Begitu juga saat di MTsN. Hanya satu dua dari ibu guru yang berjilbab. Selebihnya hanya selendang saja yang ditarok di atas kepala.
Jangan ditanya tentang guru-guru SMP dan SMA negeri ataupun swasta. Juga siswi-siswinya, tak ada satupun yang berjilbab. Berjilbab hanya bagi siswi madrasah. Adapun profesi apapun sampai awal tahun 2000, tidak ada muslimah yang pakai jilbab. Bahkan mengurus pasporpun bagi wanita muslimah "harus" berphoto tanpa jilbab.
Kemudian datang lagi era baru. Dakwah Islam menggeliat di berbagai lini dan sektor. Bermunculan siswi SMAN yang berani berjilbab ke sekolah. Dan bahkan, semenjak tahun 2005 mulailah Walikota, Bupati dan Gubernur mengeluarkan surat berbusana muslimah (berjilbab) bagi seluruh PNS dan para siswi. Maka perlahan dan pasti, hijab dan jilbab menjadi identitas yang sangat kentara di Sumbar. Sudah semakin sedikit muslimah yang berani keluar rumah tanpa berjilbab. Semoga mereka dapat hidayah. Dan semoga Provinsi Sumbar diberkahi dan dilindungi Allah.