Kabar meninggalnya Masfar Rasyid beredar di grup-grup medsos. Sebelumnya, Masfar dikabarkan terkena stroke.
Nama Masfar Rasyid sudah tidak asing bagi masyarakat Sumatera Barat. Hidup dalam tiga rezim orde negara. Ia dikenal sebagai tokoh pembela rakyat tertindas.
Di era Orde Lama, jelang meletusnya PKI tahun 1965, saat masih sekolah dan kuliah di Fakultas Hukum Muhammadiyah Bukittinggi, Masfar aktif di Pelajari Islam Indonesia ,(PII) dan Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI).
Di tahun 1966 itu Masfar sudah menentang kebijakan Orde Lama yang pro PKI, melalui Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI).
Di era Orde Baru aktifitas Masfar untuk menegakkan kebenaran dan membela rakyat kecil tetap menyala. Masfar lalu mendirikan LBH Qhistan sebagai tempat advokasi rakyat yang tertindas. Di samping itu, M.Natsir, Ketua Umum DDII meminta pula kesediaannya untuk memimpin Dewan Dakwah Islam Indonesia di Bukittinggi.
Di era Reformasi, Masfar diminta memperkuat parpol PPP. Pada Pemilu 1999, pemilu pertama setelah tumbangnya Presiden Suharto, Masfar menjadi Wakil Ketua DPRD Sumbar dari unsur PPP. Kurun waktu ini juga menghantar Masfar sebagai anggota MPR RI.
Setelah tidak aktif berpolitik, Masfar banyak menghabiskan waktu di Yayasan Rumah Sakit Islam (YARSI) Bukittinggi sebagai Pembina.
Pada 3 Juni 2024, Masfar meluncurkan buku biografi tepat 77 tahun usianya sekaligus peringatan 70 tahun Pelajar Islam Indonesia. Buku biografi ditulis wartawan senior Adi Bermasa dan Ahmad Kharisma. Sejumlah tokoh dan eksponen 1966 hadir.
Menurut informasi seorang kerabatnya Kari Bagindo Sati menulis di akun FBnya, Masfar akan dimakamkan di Pandam pekuburan keluarga di Nagari Salo Bukittinggi bakda Zuhur. Sabtu 12 Oktober 2024.
Selamat jalan Bang Masfar. (in).