Notification

×

Iklan

Iklan


Jas Hijau

Minggu, 10 November 2024 | 11/10/2024 WIB Last Updated 2024-11-10T04:04:46Z

Oleh: Irsyad Syafar
Anggota DPRD Sumbar

padanginfo.com-Kita sangat mengenal slogan Bung Karno dalam pidatonya pada tahun 1966. Yaitu Jas merah. Artinya, Jangan Sekali-kali melupakan sejarah. Maksudnya Bung Karno mengingatkan bahwa capaian bangsa Indonesia saat itu tidak terlepas dari capaian sebelumnya dan jasa-jasa orang yang telah mengawalinya.

Adapun JAS HIJAU ini saya ambil dari istilah yang dilontarkan oleh Dr Hidayat Nur Wahid. Maksudnya adalah jangan melupakan sejarah dan peran umat Islam atas berdirinya bangsa kita ini. Baik saat perjuangan meraih kemerdekaan, saat merdeka, maupun ketika mempertahankan kemerdekaan. Dan konteks umat ini mencakup Ulama, Umara dan Umat sekaligus.

Dari kalangan Ulama yang telah berjasa berjuang melawan penjajah Belanda dan Jepang, jumlahnya tidak terhingga. Semisal Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin, KH. Hasyim Asy'ary, KH Ahmad Dahlan, KH Zaenal Musthafa, KH. Noer Ali, Hj Rangkayo Rahmah Elyunusiah, Agus Salim, KH Masykur dan lain-lain tak terhitung dari kalangan pondok pesantren. Bahkan KH. Hasyim Asy'ary telah mengeluarkan Resolusi Jihad mengahadapi agresi Belanda yang masuk lagi ke Indonesia pasca kemerdekaan.

Adapun dari kalangan Umara Islam, mereka telah berjasa dan berperan luar biasa untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perlu diketahui bahwa ketika penjajahan Belanda, mayoritas wilayah Indonesia adalah wilayah kekuasaan Kesultanan Islam. Negara Indonesia tidak punya banyak tanah dan wilayah. Maka begitu Indonesia merdeka, para Sultan ini dengan sukarela menyerahkan kekuasaan dan wilayahnya kepada Presiden Soekarno untuk bersatu di bawah NKRI. Ini suatu yang tidak mudah dilakukan bila seseorang harus kehilangan kerajaan.

Sultan Hamengkubowono IX mendatangi Soekarno dan menyerahkan seluruh kerajaan Jogjakarta untuk bersatu di bawah Republik Indonesia. Padahal Sultan Hamengkubuwono itu salah satu gelarnya adalah Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Sanga. Hampir sama dengan gelar Raden Fatah yang diberikan oleh Khilafah Turki Utsmany, yaitu Khalifatullah ing tanah jawa (Perpanjangan Khalifah di tanah jawa).

Tidak berhenti sampai di situ, Sultan Hamengkubuwono IX juga menyerahkan uang sebanyak 6 juta gulden kepada Soekarno untuk biaya Negara Indonesia yang waktu itu belum mempunyai apa-apa. 6 juta gulden itu lebih kurang sekitar 500 Milyar saat ini. Beliau juga menawarkan Yogjakarta sebagai ibukota Indonesia ketika Jakarta semakin tertekan oleh serangan Belanda.

Di Sumatera Timur ada kesultanan Siak Sri Indrapura, yang wilayahnya sangat luas mencakup seluruh Riau saat ini, Kepri dan sebagian wilayah Deli. Sang Raja bernama Sultan Syarif Kasim II juga langsung bergabung dengan Negara Indonesia setelah Proklamasi kemerdekaan. Beliau datang menghadap Soekarno menyerahkan seluruh wilayah kekuasaannya, memberikan uang sebesar 13 juta gulden (1 Triliyun lebih), dan menyerahkan mahkota emasnya untuk kepentingan Indonesia.

Adapun rakyat Aceh yang merupakan wilayah kerajaan Islam tertua di Indonesia, sangat besar jasa dan loyalitasnya kepada Indonesia. Aceh berjasa mempertahankan eksistensi Indonesia ketika agresi Belanda kedua berhasil menduduki Jakarta, Jogjakarta dan wilayah lainnya. Rakyat Aceh menyumbangkan 1 pesawat kepada Soekarno untuk kepentingan pemerintah Indonesia. Pesawat yang bernama Seulah (artinya shalawat) itu menjadi cikal bakal berdirinya Garuda Indonesia. Seorang pengusaha Aceh juga menyumbangkan 50 kg emas (67 Milyar lebih) untuk pemerintah Indonesia.

Itu jasa sebagian Umara Islam kepada NKRI. Adapun jasa umat, sangat jelas dari perjuangan ormas-ormas Islam yang berdiri sebelum kemerdekaan. Mulai dari SDI yang kemudian berubah jadi Sarekat Islam (SI) tahun 1905, lalu Muhammadiyah tahun 1912, dan NU pada tahun 1926. Semua ormas tersebut lambangnya berwarna hijau. Mereka punya andil besar sampai terwujudnya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Dari tim 9 BPUPKI yang diketuai langsung oleh Soekarno, nampak jelas posisi umat Islam:
1. Abikoeno Tjokrosoeyoso dari Masyumi
2. Abdoel Kahar Moedzakkir dari Muhammadiyah
3. Agus Salim dari PSI
4. KH Abdoel Wahid Hasyim dari NU.

***** 

Di hari pahlawan ini, kewajiban Pemimpin Bangsa untuk tidak melupakan Jasa Ulama, Umara dan Umat Islam dalam menghadirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berikan posisi yang terhormat bagi para Ulama, Umara dan Umat Islam dalam kebijakan bernegara.

*Jayalah negriku Indonesia
×
Berita Terbaru Update