aapadanginfo.com-PADANG- NPWCC (Nurani Perempuan Women’s Crisis Center) Sumatera Barat menaruh perhatian besar terhadap penghapusan segala bentuk diskriminasi dan kekerasan berbasis gender. Tren peningkatan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak semakin memprihatinkan, sehingga penanganan yang komprehensif menjadi kebutuhan mendesak.
Untuk itu, NPWCC Sumatera Barat mendatangi DPRD Provinsi Sumatera Barat, Senin (13/1/2025) untuk berdiskusi dengan Ketua DPRD Sumbar, Muhidi, bersama sejumlah pemangku kepentingan terkait. Pertemuan ini bertujuan mengoptimalkan penanganan serta pemulihan korban kekerasan berbasis gender di Sumatera Barat.
Direktur NPWCC Sumatera Barat, Rahmi Meri Yenti, menyampaikan bahwa sejak Juli 2024, pihaknya secara rutin menggelar pertemuan dengan pemerintah, aparat penegak hukum, akademisi, dan organisasi masyarakat sipil. Hal ini dilakukan untuk memastikan penanganan korban berjalan komprehensif dan mencegah terjadinya kekerasan berulang.
“Dari data yang kami kumpulkan sejak 2015 hingga 2023, terdapat 952 kasus kekerasan berbasis gender yang dilaporkan. Tren pelaporan meningkat, tetapi penanganan dan pemulihan korban masih jauh dari kata optimal. Ini menjadi salah satu penyebab terjadinya kekerasan berulang,” ujar Meri.
Ia juga menyoroti tantangan utama dalam penanganan kasus ini, yakni minimnya alokasi anggaran untuk mendukung proses pemulihan korban.
Ketua DPRD Sumbar, Muhidi, mengapresiasi kepedulian NPWCC dan menekankan pentingnya kolaborasi seluruh pihak. Ia menegaskan bahwa upaya mengatasi kekerasan terhadap perempuan dan anak membutuhkan pengawasan ketat, partisipasi aktif masyarakat, serta solusi menyeluruh yang didasarkan pada akar permasalahan.
“Kami sangat prihatin terhadap masalah ini. Semua masukan dari NPWCC harus ditindaklanjuti agar kekerasan terhadap perempuan dan anak dapat dicegah. Penting bagi semua komponen masyarakat untuk terlibat aktif dalam upaya ini,” kata Muhidi di ruang rapat DPRD Sumbar.
Ia mengajak masyarakat untuk bersikap proaktif dalam menekan angka kekerasan berbasis gender. Menurutnya, pendekatan yang masif dan kolaboratif akan memberikan dampak signifikan.